MENGENAL AQIDAH
MAKALAH
Guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Abdul Qorib, M, Ag
Di Susun Oleh :
1. Ainul Musthofiyah ( 093111016 )
2. Ahmad Ayub ( 093111017 )
3. Ahmad Syaiful Munir ( 093111018 )
4. Alek Budi Santoso ( 093111019 )
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
MENGENAL AQIDAH
I. PENDAHULUAN
Islam secara teologis merupakan rahmat bagi manusia dan alam semesta. Letak kerahmatannya terletak pada kesempurnaan islam itu sendiri. Aqidah diletakkan sangat penting dalam ajaran islam. Seumpama islam diumpamakan pohon, maka aqidah adalah akarnya, dan pohon tanpa akar tentu akan tumbang
Ajaran Islam sebagaimana dikemukakan maulana Muhammad Ali, dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu teori atau lazim disebut rukun iman, dan bagian praktik yang mencakup segala yang harus dijadikan pedoman hidup bagian pertamadisebut aqidah, artinya kepercayaan yang kokoh, ataupun yang kedua disebut hokum atau syari’ah.
Kewajiban bagi seseorang untuk bias diakui sebagai seorang muslim adalah mengucapkan dua kalimat syahadat: “Ashadu alla ilaha illallah, wa ashadu anna muhammadur rosulullah.” Pengetahuan tersebut merupakan tauhid dan itu bagian dari aqidah. Untuk lebih jelasnya permasalahan aqidah secara global akan kami bahas dalam makalah ini.,
II. RUMUSAN MASALAH
A. Pengertian Aqidah dan ruang lingkupnya
B. Fungsi dan Peranan Aqidah
C. Tingkat- tingkatanan Aqidah
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqidah dan ruang lingkupnya
1. Pengertian Aqidah
a. Aqidah Secara Etimologi
• Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenaran terhadap sesuatu.
• Aqidah berasal dari kata “aqada” artinya ikatan dua utas tali dalam satu buhul sehingga bersambung. Aqad berarti pula janji, ikatan (kesepakatan) antara dua orang yang mengadakan perjanjian.
• ‘Aqidah menurut bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-‘aqdu yang berarti ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah yang berarti mengikat dengan kuat.
b. Aqidah secara terminology
1. Menurut Hasan Al Bana :
العقا عد هي الامور الّتي يجب أن يصدّق بها قلبك وتطمئنّ اليها نفسك وتكون يقينا عندك لا يما زجه ريب ولا يخا لطه شكّ
aqa’id ( bentuk jamak dari aqidah ) artinya beberapa perkara yang wajib diyakini oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa dan menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu- raguan.
2. Abu Bakar Jabir al Jazairy mengatakan
العقيدة هي مجموعة من قضا يا الحقّ البدهيّة المسلّمة بالعقل والسمع والفطرة يعقد عليها الانسان قلبها ويثنّي عليها صدره جازما بصحّتها قا طعا بوجودها وثبوتها لا يرى خلافها أنّه يصحّ أن يكون أبدا
aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarakan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut, dapatlah ditarik beberapa butir kesimpulan berikut:
a). Setiap manusia memiliki fitrah tentang adanya Tuhan yang didukung oleh hidayah Allah berupa indera, akal, agama (wahyu), dan taufiqiyah, (sintesis antara kehendak Allah dengan kehendak manusia). Oleh karena itu, manusia yang ingin mengenal Tuhan secara baik harus mampu mengfungsikan hidayah- hidayah tersebut.
b). Keyakinan sebagai sumber utama aqidah itu tidak boleh bercampur dengan keraguan.
c). Aqidah yang kuat akan melahirkan ketentraman jiwa.
d). Tingkat aqidah seseorang tergantung pada tingkat pemahamannya terhadap ayat- ayat qauliyah dan kauniyah.
2. Ruang Lingkup Aqidah
Hasan al- Bana menujukan empat bidang yang berkaitan dengan lingkup pembahasan mengenai aqidah, yaitu:
• Ilahiyyat, pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Illah (Tuhan, Allah) seperti wujud Allah, asma Allah, sifat- sifat yang wajib ada pada Allah, dan lain- lain.
• Nubuwiyat, pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan rosul- rosul Allah, termasuk kitab suci, mu’jizat dan lain- lain.
• Ruhaniyat, pembahasan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan alam roh atau metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, setan, roh dan lain- lain.
• Sam’iyat, pembahasan tentang segala sesuatu yang hamya bias diketahui melalui sam’I (dalil naqli: Al-Qur’an dan Assunnah) seperti surga neraka, alam barzakh, akhirat, kiamat, dan lain- lain.
Beberapa Ulama’ juga menunjukkan lingkup pembahasan mengenai aqidah dengan arkanul iman (rukun iman) berupa:
1) Iman Kepada Allah
Manusia dapat saja mempercayai bahwa ada Tuhan yang menciptakan alam ini, tetapi hal itu berdasarkan pikirannya. Manusia tidak akan dapat mengetahui siapa dan bagaimana Tuhan itu. Karena itu, dalam aqidah Islam, Tuhan memperkenalkan diri-Nya dan memberitahukan sifat-sifat-Nya kepada manusia melalui firman-Nya yang disampaikan kepada utusan-Nya. Karena itu, Tuhan dalam Islam adalah Tuhan menurut Tuhan sendiri yang tidak mungkin salah. Implikasi dari aqidah tersebut adalah:
• Penyerahan secara total kepada Allah dengan meniadakan sama sekali kekuatan dan kekuasan diluar Allah yang dapat mendominasi dirinya.
• Menjadikan orang memiliki keberanian untuk berbuat, karena tidak ada baginya yang ditakuti selain melanggar perintah Allah.
• Menimbulkan rasa optimis. Karena keyakinan tauhid menjamin hal yang terbaik yang akan dicapainya secara ruhaniyah.
2) Iman kepada Malaikat
Allah menciptakan malaikat, yaitu makhluk gaib yang melaksanakan tugas-tugas yang diberikan Allah. Ia diciptakan Allah dari cahaya.
Seorang muslim wajib mengimani adanya malaikat sebagai makhluk Allah di samping manusia, jin, dan iblis. Karena itu, iman kepada malaikat melahirkan sikap hati-hati, optimis, dan dinamis, tidak mudah putus asa atau kecewa . demikian pula apabila orang meyakini adanya iblis atau setan, maka ia akan senantiasa waspada untuk tidak terjerat kepada godaan yang dapat menyesatkannya.
3) Iman kepada Kitab Allah
Allah menurunkan wahyu-Nya kepada manusia melalui Rasulnya yang tertulis dalam kitab-kitab-Nya. Kitab-kitab Allah berisi informasi-informasi, aturan-aturan, dan hukum-hukum dari Allah bagi manusia. Kitab-kitab Allah itu menjadi pedoman hidup manusia di dunia agar hidup manusia teratur, tentram serta bahagia.
“(2).Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru.(3).Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya.(4).Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”. (Q.S. An Najm: 2,3 &4)
“ Sesungguhnya kami menurunkan kepadamu kitab (Al Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya)”. (Q.S. Az Zumar: 2)
4) Iman kepada Para Rasul
Allah menurunkan wahyu tidak kepada semua orang, tetapi dipilih salah seorang diantaranya sebagai kuputusan-Nya. Rasul adalah manusia yang dipilih Allah dan diberi kuasa untuk menerangkan segala sesuatu yang datang dari Allah. Bukti kerasulannya adalah mukjizat dan kitab Allah yang tidak tertandingi mutunya. Melalui Rasul manusia dapat mengetahui segala sesuatu tentang Allah, seolah-olah manusia berhubungan langsung dengan Allah.
Allah mengutus Rasulnya sejak Nabi Adam hingga Nabi yang terakhir, Muhammad Saw. Beriman kepada para rasul merupakan tuntutan iman kepada Allah.
“ Dan barangsiapa yang menaati Allah dan rasul-(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”. (Q.S. An Nisaa’: 69)
5) Iman kepada Hari Kiamat
Alam ciptaan Tuhan terikat oleh ruang, waktu serta hukum-hukum yang ditetapkan-Nya (sunatullah). Sunatullah yang ditetapkan pada segala ciptaan adalah rusak, hilang, dan berakhir.
Beriman kepada Hari Kiamat adalah meyakini akan kedatangannya. Keimanan itu melahirkan dampak bagi kehidupan seorang muslim, yaitu meyakini bahwa tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini, semua perbuatan akan dihitung.
“ Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepadamu kaumnya lalu ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya”. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).” (Q.S. Al A’raf: 59)
6) Iman kepada Qadha dan Qadar
Takdir berasal dari kata qadara yang berarti mengukur, memberi kadar atau ukuran. Semua makhluk dikenai takdir oleh Allah. Mereka tidak dapat melampaui batas ketetapan itu dan Allah menuntun ke arah yang seharusnya.
Beriman kepada takdir melahirkan sikap optimisme, tidak mudah kecewa dan putus asa sebab yang menimpa setelah segala usaha dilakukan merupakan takdir Allah. Sesuatu yang buruk menurut kita, tidak selalu buruk menurut Allah. Sebaliknya, yang menurut kita itu baik, tidak selalu baik pula menurut Allah. Oleh karena itu, dalam kegiatan takdir ini seyogyanya lahir sikap sabar dan tawakal dengan terus menerus berusaha sesuai dengan kemampuan.
B. Fungsi dan Peranan Aqidah
Aqidah tauhid sebagai kebenaran merupakan landasan keyakinan bagi seorang muslim. Keyakinan yang mendasar itu menopang seluruh perilaku, membentuk dan memberi corak dan warna kehidupannya dengan hubungannya dengan makhluk lain dan hubungan dengan Tuhan. Aqidah yang tertanam dalam jiwa seorang muslim akan senantiasa menghadirkan Allah. dalam pengawasan Allah semata- mata, karena itu perilaku- perilaku yang tidak dikehendaki Allah akan selalu dihindarkannya. Fungsi dan peranan aqidah dalam kehidupan manusia antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:
a) Menuntun dan mengemban dasar ketuhanan yang dimiliki manusia sejak lahir, sejak lahir manusia telah memiliki potensi keberagamaan (fitrah). Aqidah islam berperan memenuhi kebutuhan fitrah manusia tersebut, menuntun dan mengarahkan manusia pada keyakinan yang benar tentang Allah.
b) Memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa. Agama sebagai kebutuhan fitrah akan senantiasa menuntut dan mendorong manusia untuk terus mencarinya. Aqidah memberikan jawaban yang pasti sehingga kebutuhan rohaninya dapat terpenuhi.
c) Memberikan pedoman hidup yang pasti. Aqidah memberikan pengetahuan asal dan tujuan hidup manusia sehingga kehidupan manusia akan lebih jelas dan akan lebih bermakna. Aqidah islam juga sebagai keyakinan akan membentuk perilaku bahkan mempengaruhi kehidupan seorang muslim menjadi lebih baik.
Aqidah Islam sebagai keyakinan akan membentuk perilaku bahkan mempengaruhi kehidupan seorang muslim. Abu A’la Al Maududi menyebutkan pengaruh aqidah tauhid sebagai berikut:
1) Menjauhkan manusia dari pandangan yang sempit dan picik
2) Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu akan harga diri
3) Membentuk manusia jujur dan adil
4) Menghilangkan sifat murung dan putus asa
5) Membentuk pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan, dan optimisme
6) Menciptakan hidup damai dan ridha.
7) Membentuk manusia menjadi taat, patuh dan disiplin menjalankan perintah dan larangan Allah.
C. Tingkat- tingkatanan Aqidah
Aqidah atau iman yang dimiliki seseorang tidak selalu sama dengan oleh orang lain. Ia memiliki tingkatan-tingkatan tertentu bergantung pada upaya orang itu. Iman pada dasarnya berkembang, ia bisa tumbuh subur atau sebaliknya. Iman yang tidak terpelihara akan berkurang, mengecil atau hilng sama sekali.
Tingkatan aqidah tersebut adalah:
a. Taqlid, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas pendapat orang yang diikutinya tanpa dipikirkan.
b. Yakin, yaitu keyakinan yang didasarkan atas bukti, dan dalil yang jelas, tetapi belum sampai menemukan hubungan yang kuat antara obyek keyakinan dan dalil yang diperolehnya. Hal ini, memungkinkan orang terkecoh oleh sanggahan-sanggahan atau dalil-dalil lain yang lebih rasional dan lebih mendalam.
c. ‘Ainul Yakin, yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas dalil-dalil rasional, ilmiah dan mendalam, sehingga mampu membuktikan hubungan antara obyek keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu memberikan argumentasi yang rasional terhadap sanggahan-sanggahan yang datang. Ia tidak mungkin terkecoh oleh argumentasi lain yang dihadapkan kepadanya.
d. Haqqul yakin, yaitu tingkat keyakinan yang di samping didasarkan atas dalil-dalil rasional, ilmiah, dan mendalam, dan mampu membuktikan hubungan antara obyek keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu menemukan dan merasakan keyakinan tersebut melalui pengalaman agamanya.
Pada semua tingkatan aqidah di atas nampak peranan akal begitu dominan. Hal ini tidak berarti hanya akal satu- satunya.
Keseluruhan aqidah islam, sebagaimana juga halnya dalam semua hukum dalam syari’ah, pada dasarnya ditetapkan dan diatur oleh kitab Allah dan sunnah Rasul, dimana keduanya memberikan kedudukan yang sangat penting bagi akal fikiran dalam menerima dan mengokohkan aqidah. Keduanya memuliakan akal dengan menjadikannya sebagai sasaran perintah, sebagai tempat bergantungnya pertanggungjawaban dan menganjurkan agar mengfungsikan sebaik- baiknya.
IV. KESIMPULAN
Aqidah adalah sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, membuat jiwa tenang, dan menjadi keprcayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan. Dan ruang lingkunya meliputi rukun iman.
Fungsi dan peranan aqidah sebagai berikut:
a). Menuntun dan mengemban dasar ketuhanan yang dimiliki manusia sejak lahir,
b). Memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa.
c). Memberikan pedoman hidup yang pasti.
Tingkatan aqidah tersebut adalah:
a. Taqlid
b. Yakin
c. ‘Ainul Yakin
d. Haqqul yakin
V. PENUTUP
Demikian Makalah ini kami sampaikan, semoga bermanfaat bagi para pembaca. Pemakalah menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan yang belum tersampaikan di makalah ini, untuk itu saran dan kritikannya yang bersifat membangun bagi pemakalah sangat kami harapkan. Sekian dari kami, apa bila ada kesalahan atau kekurangan kami mohon maaf. Atas perhatian pembaca kami sampaikan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Alim, Muhammad, 2002, Pendidikan Agama Islam, PT Remaja Rosdakarya, Jakarta.
Latif, Zaky Mubarok, dkk, 2001, Akidah Islam, UII Press, Jogjakarta.
Nurdin, Musli, dkk, 1993, Moral dan Kognisi Islam, CV Alfabeta, Bandung.
3 Jun 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar