Haruskah
Muslim Ucapkan Selamat Natal, Bila Kristen Ucapkan Selamat Idul Fitri?
Salah satu topik yang setiap tahun
mencuat di bulan Desember adalah hukum umat Islam mengucapkan Selamat Natal kepada
umat kristiani. Dalam pandangan Islam, berdasarkan Al-Qur'an, hadits dan
pendapat para ualama, masalah ini sebenarnya sudah final. Para ulama berbagai
mazhab baik Hanafi, Maliki, Syafi’i, maupun Hambali, semua sepakat tentang
haramnya menghadiri perayaan hari raya orang kafir dan bertasyabuh (menyerupai)
acara mereka. (Lihat Iqtidha’ ash-Shiraat al-Mustaqim 2/425 dan Ahkam
Ahli adz-Dzimmah 2/227).
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian
dari mereka” (HR. Abu Daud). Dalam Al-Fiqhul-Islami,
bentuk-bentuk tasyabuh yang dilarang itu banyak bentuknya, antara lain
mencucapkan selamat pada hari raya orang kafir.
Ibnul Qayim rahimahullah berkata:
“Mengucapkan selamat kepada syiar agama orang kafir adalah haram berdasarkan
kesepakatan. Seperti mengucapkan selamat atas hari raya dan puasa mereka dengan
mengatakan ‘Ied Muharak ‘Alaik (hari raya penuh berkah atas kalian) atau
selamat bergembira dengan hari raya ini dan semisalnya. Jika orang yang berkata
tadi menerima kekufuran maka hal itu termasuk keharaman, statusnya seperti
mengucapkan selamat bersujud kepada salib. Bahkan, di sisi Allah dosanya lebih
besar dan lebih dimurkai daripada mengucapkan selamat meminum arak, selamat
membunuh, berzina, dan semisalnya. Banyak orang yang tidak paham Islam
terjerumus kedalamnya semantara dia tidak tahu keburukan yang telah
dilakukannya. Siapa yang mengucapkan selamat kepada seseorang karena
maksiatnya, kebid’ahannya, dan kekufurannya berarti dia menantang kemurkaan
Allah.”
Fatwa ulama terkini juga mengharamkan
ucapan Selamat Natal: “ Tidak boleh seorang muslim memberi ucapan selamat
kepada orang Kristen pada hari raya mereka karena sesungguhnya dalam perbuatan
tersebut terdapat tolong-menolong dalam perbuatan dosa. Dan kita di larang dari
perbuatan tersebut, Allah SWT berfirman: “Dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran.” Di dalamnya juga mengandung rasa cinta kepada
mereka dan menuntut untuk mencintai mereka serta sebagai syiar dengan meridhai
mereka dan syiar-syiar mereka. Ini semua tidak boleh bahkan yang paling wajib
adalah menampakkan permusuhan terhadap mereka dan menjelaskan permusuhan
terhadap mereka. Karena mereka memusuhi Allah jalla wa ala dan membuat sekutu
kepada selain Allah. Mereka juga menjadikan bagi Allah wanita pendamping dan
seorang anak” (Fatawa Lajnah Daimah li al-Buhuts al-Ilmiyah wal-Ifta:
3/435).
Meski para ulama secara tegas
mengharamkan ucapan Selamat Natal, ada juga orang ber-KTP Islam yang malah
mengimbau mengucapkan Selamat Natal kepada orang Kristen. Salah satu argumennya
adalah demi toleransi umat beragama, karena umat Kristen juga mengucapkan
Selamat Idul Fitri kepada umat Islam yang berlebaran pada hari raya Idul Fitri.
Abdul Moqsith Ghazali, aktivis
jaringan liberal berkedok Islam, memuji orang Islam yang mengucapkan Selamat
Natal, karena orang Kristen juga mengucapkan Selamat Idul Fitri saat lebaran:
“Umat Islam mengucapkan selamat natal terhadap
rekan-rekannya yang beragama Kristen. Begitu juga sebaliknya, umat Kristiani
mengucapkan selamat ‘idul fitri terhadap koleganya yang beragama Islam. Sering
disaksikan, sejumlah tokoh agama saling berkirim SMS menyatakan selamat ketika
hari perayaan agama masing-masing berlangsung. Fenomena ini tak mudah
didapatkan di negeri-negeri muslim lain. Bahkan, negeri-negeri muslim lain itu
harus belajar pada umat Islam Indonesia atas toleransinya yang tinggi terhadap
umat agama lain,” tulisnya di situs JIL.
Moqsith menjadikan ucapan Selamat
Natal dan Selamat Idul Fitri sebagai tolok ukur toleransi seorang umat
beragama. Logika ini tidak relevan, miring dan generalisasi yang gegabah.
Menyejajarkan Idul Fitri dengan Natal adalah tindakan yang keliru, karena
keduanya berbeda dan sama sekali tidak sejajar.
Pertama. Idul Fitri adalah hari raya yang diperintahkan dalam Islam
sedangkan Natal tidak ada perintahnya dalam kitab suci.
Idul
Fitri disyariatkan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah 185 dan banyak hadits,
sedangkan Natal sama sekali tidak ada perintahnya dalam Bibel baik Perjanjian
Lama maupun Perjanjian Baru. Bahkan umat Kristen abad permulaan tidak pernah
merayakan Natal.
Kebiasaan
gereja merayakan Natal pada tanggal 25 Desember baru dimulai dalam abad
keempat. Sebelum itu Gereja tidak mengenal perayaan Natal tidak tahu kapan,
hari apa, bulan apa dan tahun keberapa Yesus dilahirkan. Bibel pun sama sekali
tidak memuat data-data tentang Natal Yesus.
Penetapan
tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus juga menyalahi Bibel. Injil
Lukas pasal 2 menceritakan bahwa pada waktu Yesus dilahirkan, gembala-gembala
sedang berada di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam (ayat
8). Itu berarti bahwa Yesus dilahirkan antara bulan Maret atau April dan bulan
November. (lihat: Buku Katekisasi Perjanjian Baru karya Dr. J.L.
Ch. Abineno, hlm 14).
Kedua.
Esensi Idul Fitri dan Natal bertolak
belakang 180 derajat. Idul Fitri adalah hari raya setelah berpuasa sebulan
penuh selama Ramadhan untuk meneguhkan tauhid dan menggapai ketakwaan kepada
Tuhan.
Sedangkan
Natal adalah peringatan hari ulang tahun kelahiran Yesus Kristus (Dies Natalis
of Jesus Christ) yang dipertuhankan oleh umat Kristen. Dengan kata lain,
Natal adalah hari ulang tahun kelahiran tuhan dan juru selamat penebus dosa
dalam keyakinan Kristen.
Selamat
Idul Fitri di mata Kristen dan Selamat Natal di mata Islam adalah dua hal yang
berbeda. Umat Kristen yang mengucapkan Selamat Idul Fitri tidak melanggar
doktrin kristiani, sedangkan umat Islam yang mengucapkan Selamat Natal
melanggar aqidah Islam.
Ketiga.
Kalau mau menyejajarkan sementara,
seharusnya Natal Yesus disandingkan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW. Karena
memperingati kelahiran Yesus (Natal) dan peringatan kelahiran Nabi Muhammad
(Maulid Nabi) sama-sama tidak ada perintahnya dalam kitab suci kedua agama.
Faktanya,
umat Kristen tidak mau mengucapkan Selamat Maulid atas kelahiran Nabi Muhammad
sebagai nabi yang terakhir, karena dianggap bertentangan dengan doktrin
kristiani yang menyakini Yesus sebagai nabi terakhir. Apakah sikap ini bisa
dinilai sebagai tindakan yang menjunjung tinggi toleransi dan pluralisme dalam
pandangan kaum liberal sekalipun?
Keempat.
Jika umat Islam dituding tidak
toleran karena tidak mengucapkan Selamat Natal atas kelahiran Yesus yang
diyakini sebagai tuhan dan Juru selamat Kristen, maka vonis yang sama juga
harus dialamatkan kepada umat Kristen. Umat Kristen juga harus divonis sebagai
umat intoleran karena tidak mengucapkan Selamat Maulid Nabi atas kelahiran
Muhammad SAW, nabi pamungkas setelah Yesus.
0 komentar:
Posting Komentar