Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

About

3 Jun 2011

Bimbingan Konseling

BIMBINGAN DAN KONSELING

I. PENDAHULUAN
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 pasal 3 dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional maka dirumuskan tujuan pendidikan dasar yakni memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah (pasal 3 PP nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar).
Pendidikan dasar merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya dan pendidikan nasional. Untuk itu aset suatu bangsa tidak hanya terletak pada sumber daya alam yang melimpah, tetapi terletak pada sumber daya alam yang berkualitas. Sumber daya alam yang berkualitas adalah sumber daya manusia, maka diperlukan peningkatan sumber daya manusia Indonesia sebagai kekayaan negara yang kekal dan sebagai investasi untuk mencapai kemajuan bangsa.
Bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai suatu sistem. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang bahwa proses pendidikan adalah proses interaksi antara masukan alat dan masukan mentah. Masukan mentah adalah peserta didik, sedangkankan masukan alat adalah tujuan pendidikan, kerangka, tujuan dan materi kurikulum, fasilitas dan media pendidikan, system administrasi dan supervisi pendidikan, sistem penyampaian, tenaga pengajar, sistem evaluasi serta bimbingan konseling (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:58). Dan kemudian dalam makalah ini akan dijelaskan tentang bimbingan dan konseling secara lebih rinci.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Pengertian bimbingan dan konseling.
B. Peranan Bimbingan Dan Konseling Dalam Pendidikan di Sekolah.
C. Tujuan Bimbingan di Sekolah.
D. Landasan Bimbingan dan Konseling.
E. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling.
F. Asas Bimbingan dan Konseling.

III. PEMBAHASAN
A. Pengertian bimbingan dan konseling
Bimbigan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkai bagaikan kata majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadang-kadang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung dari kegiatan bimbingan. Untuk lebih memperjelas pengertian kedua istilah tersebut, berikut ini di kemukakan pengertian bimbingan dan pengertian konseling.
1. Pengertian bimbingan.
Untuk lebih jelasnya berikut ini di kemukakan beberapa umusan tentang istilah bimbingan.
Menurut jones, guidance is help given by one person to another in making choice and in solving problems. Dalam pengertian tersebut terkandung maksud bahwa tugas pembimbing hanyalah membantu agar individu yang dibimbing mampu membantu dirinya sendiri, sedangkan keputusan terakhir tergantung pada individu yang dibimbing. Hal tersebut diatas senada dengan yang dikemukakan oleh rochman natawidjaja bahwa bimbingan adalahan proses pemberian bantuan kepada individu yang di lakukan secara berkesinambungan.
Dari beberapa pengertian di atas yang dikemukakan oleh beberapa ahli itu, dapat di kemukakan bahwa bimbingn merupakan:
a) Suatau proses yang berkesinambungan
b) Suatu proses meantu individu
c) Bantuan yang di maksudkan agar individu dapat mengarah dan mengembangkan diri secara optimal.
2. Pengertian Konseling
Istilah konseling diartikan sebagai penyuluhan.kemudian para ahli pendapat tersebut kurang tepat. Menurutnya yang lebih tepat adalah konseling karrena kegiatan konseling ini lebih bersifat khusus, tidak sama degan kegiatan penyuluhan lain.
Menurut james P. adam, konseling adalah suatu pertalian timbale balik antara dua orang individu dimana yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinyadalam hubungannya dengan masalah hidup yang yang di hadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.
Bimo walgito menyatakan konseling adalah bantuan yang di berikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara.
Berdasarkan pendapat diatas dapat dikatakan bahwa kegiatan konseling itu mempunyai cirri-ciri yang di kemukakan oleh prof. Soetjipto dan Drs. Raflis Kosasi, M.sc. Dalam Profesi keguruan 1999 sebagai berikut:
a) pada umumnya dilaksanakan secara individu.
b) Pada umumnya dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap muka.
c) Untuk pelaksanan konseling di butuhkan orang yang ahli.
d) Tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini di arahkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien.
e) Individu yang menerima layanan (klien) akhirnya mampu memecahkan masalah dengan kemampuan sendiri.

B. Peranan Bimbingan Dan Konseling Dalam Pendidikan di Sekolah
Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah di luar bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah itu. Kegiatan ini di lakukan melalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuan secara penuh (Mortensen Dan Schemuller).
Bimbingan dan konseling semakin hari semakin di rasakan perlu keberadaannya di setiap sekolah. Hal ini di dukung oleh berbagai macam faktor, di kemukakan oleh koestoer partowisastro sebagai berikut:
1. Sekolah merupakan lingkungan hidup ke dua sesudah rumah, di mana anak dalam waktu sekitar 6 jam hidupnya berada di sekolah.
2. Para siswa yang usianya relatif masih muda sangat membutuhkan bimbingan baik dalam memahami dirinya, mengarahkan dirinya, maupun mengatasi berbagai kesulitan.
Kehadiran konselor di sekolah dapat meringankan tugas guru seperti yang di kemukakan Ludquist Dan Chamely yang di kutip oleh belkin, mereka menyatakan bahwa konselor ternyata sangat menbantu guru dalam hal:
1. Mengembangkan dan memperluaskan pandangan guru tentang masalah afektif yang mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru.
2. Mengembangkan sikap positif agar proses belajar siswa lebih efektif.
3. Mengatasi masalah-masalah yang di temui guru dalam melaksanakan tugasnya.

C. Tujuan Bimbingan di Sekolah
Sebagai mana yang telah dijelaskan pada uraian terdadulu bahwa bimbingan dan konseling menempati bidang pelayanan pribadi dalam keseluruhan proses dan kegiatan pendidikan. Dalam hubungan ini pelayanan bimbingan dan konseling di berikan kepada siswa “ dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan”. (prayitno, 1997: 23)

D. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Pemberian layanan bimbingan dan konsling pada hakikatnya selalu didasarkan atas landasan-landasan utama atau prinsip-prinsip dasar. Hal ini berupa keyakinan-keyakinan yang pada akhirnya dapat mewarnai seluruh kegiatan bimbingan dan konseling. Menurut winkel (1991) landasan itu adalah:
1. Bimbingan selalu memperhatikan perkembangan siswa sebagai individu yang mandiri dan mempunyai potensi untuk berkembang.
2. Bimbingan berkisar pada dunia subjektif masing-masing individu.
3. Kegiatan bimbingan di laksanakan atas dasar kesepakatan antara pembimbing dengan yang di bombing.
4. Bimbingan berlandaskan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang di bombing sebagai manusia yang mempunyai hak asadi (human righ)



E. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling.
Prinsip yang berasal dari akar kata prinsipia, dapat diartikan “ sebagai permulaan yang dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain, yang keberadaannya tergantung dari permulaan itu” (M.I Soelaeman).
Menurut prayitno dan erman amti (1994: 220) “ rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sarana pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, progam pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan.”
1. Prinsip-prinsip umum
Prinsip-prinsip umum ini antara lain:
a) Perlu dikenal dan di pahami karakteristik individual dari individu yang di bimbing.
b) Bimbingan di arahkan kepada bantuan yang di berikan supaya individu yang bersangkutan mampu membantu atau menolong dirinya sendiri dalam menghadapi kesulitan-kesulitannya.
c) Program bimbingan harus sesuai dengan progam pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
2. Prinsip khusus
a) Konselor hendaknya memperhatikan dan mempergunakan hasil penelitian dalam bidang minat, kemampuan dan hasil belajar individub untuk kepentingan perkembangan kurikulum yang bersangkutan.
b) Konselor hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode dan tepat untuk melakukan tugasnya.
c) Konselor harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi tentang individu yang di bimbing.




F. Asas Bimbingan dan Konseling
1. Asas Kerahasiaan
Asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.
2. Asas keterbukaan,
Asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli (konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
3. Asas kesukarelaan
Asas Bimbingan dan Konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan konseli (konseli) mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
4. Asas Kekinian
Asas Bimbingan dan Konseling yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli (konseli) dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.

5. Asas kegiatan
Asas Bimbingan dan Konseling yang menghendaki agar Konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.
6. Asas Kedinamisan
Asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu
7. Asas Keterpaduan
Asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
8. Asas Keahlian
Asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.


9. Asas Alih Tangan
Asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli (konseli) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain; dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalih tangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.

IV. KESIMPULAN
Dari semua uraian diatas dapat bi peroleh kesimpulan sebagai berikut:
 bahwa bimbingn merupakan:
a) Suatau proses yang berkesinambungan
b) Suatu proses meantu individu
c) Bantuan yang di maksudkan agar individu dapat mengarah dan mengembangkan diri secara optimal.
 Ciri-ciri konseling sebagai berikut:
a) pada umumnya dilaksanakan secara individu.
b) Pada umumnya dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap muka.
c) Untuk pelaksanan konseling di butuhkan orang yang ahli.
d) Tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini di arahkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien.
e) Individu yang menerima layanan (klien) akhirnya mampu memecahkan masalah dengan kemampuan sendiri.
 Asas-asas bimbingan dan konseling adalah:
a) Asas Kerahasiaan
b) Asas keterbukaan
c) Asas kesukarelaan
d) Asas Kekinian
e) Asas kegiatan
f) Asas Kedinamisan Asas Keterpaduan
g) Asas Keahlian
h) Asas Alih Tangan



V. PENUTUP
Demikian makalah ini saya susun, saya menyadari tentunya dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, dan masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan guna perbaikan makalah yang akan datang. Semoga dibalik segala kekurangan yang ada, makalah ini dapat memberikan perubahan dalam penyusunan makalah yang akan datang. Sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin....

















DAFTAR PUSTAKA

Kosasi, Raflis, Soetjipto, 1999, Profesi Keguruan(Jakarta: Rineka Cipta) cet.1
A, Hellen, 2002, Bimbingan Dan Konseling (Jakarta: ciputat pers) cet.1
Prayitno, 1995, Layanan Bimbingan Dan Konseling Kelompok (Jakarta: Ghalia Indonesia)
Amti, Erman, Prayitno, 1999, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling (Jakarta: rineke)
Winkel, W.S,1991, Bimbingan Dan Konseling Di Institute Pendidikan (Jakarta: Grasindo)

0 komentar: