Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

About

3 Jun 2011

Tafsir alQuran

TAFSIR AYAT-AYAT RISALAH

MAKALAH
Guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Tafsir
Dosen Pengampu : Dr. H. Hamdani Mu’in, M.Ag












Disusun Oleh :
1. A. Miftahul Huda (093111001)
2. Abdurrohman Sidiq (093111004)
3. Arif hidayatullah (093111024)
4. Atiek Fauzi (093111027)


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010

I. PENDAHULUAN
Kata Risalah itu sendiri adalah pesan Allah yang diturunkan kepada rasul untuk disampaikan pada umatnya yang berupa pesan atau kabar buruk dan kabar gembira, dan masih banyak lagi. Untuk itu, kami disini akan membahas ayat-ayat Al-Quran, yang masih ada hubungannya dengan risalah itu sendiri.

II. RUMUSAN MASALAH
A. Surat Al-Maidah ayat 48
B. Surat As-Syu’ara ayat 51-52
C. Surat Saba’ ayat 34
D. Surat Al-Baqarah ayat 136
E. Surat Al-Baqarah ayat 213
F. Surat An-Nahl ayat 36

III. PEMBAHASAN
A. QS. AL-MAIDAH: 48
          •                           •                    

Artinya: “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian (ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang diturunkan dalam Kitab-Kitab sebelumnya) terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu (umat Nabi Muhammad s.a.w. dan umat-umat yang sebelumnya), Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu”. (QS. Al-Maidah: 48)
Pada ayat-ayat yang lalu Allah SWT menerangkan tentang diturunkannya kitab Taurat dan Injil, dan bahwa pada kedua kitab itu mengandung petunjuk dan cahaya. Kemudian Ia memerintahkan supaya para penganut kitab-kitab tersebut menegakkan hukum-hukum yang ada didalamnya, disamping itu Dia mengancam akan menyiksa orang-orang yang tidak memakai hukum-hukum tersebut.
Dan pada ayat ini, Allah SWT menerangkan bahwa Ia telah menurunkan pula al-Qur’an kepada Nabi terakhir Muhammad SAW dan kedudukan al-Qur’an terhadap kitab Samawi sebelumnya.
Setelah Allah SWT menerangkan bahwa kitab Taurat telah diturunkan kepada Nabi Musa AS, dan kitab Injil telah diturunkan pula kepada Nabi Isa AS, dan agar kepada kitab tersebut ditaati dan diamalkan oleh para penganutnya masing-masing, maka pada ayat ini diterangkan bahwa Allah SWT menurunkan pada Nabi dan Rasul terakhir Muhammad SAW. Kitab suci al-Qur’an yaitu kitab samawi terakhir yang membawa kebenaran, mencakup isi dan membenarkan kitab suci sebelumnya seperti kitab Taurat dan Injil. Al-Qur’an adalah kitab yang terpelihara dengan baik, sehingga ia tidak akan mengalami perubahan dan pemalsuan.
Firman Allah menegaskan:
              

Artinya: “Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji”. (QS. Fushilat: 42)
Al-Qur’an adalah kitab suci yang menjamin syari’at yang murni sebelumnya, dan kitab suci satu-satunya yang berlaku sejak diturunkannya sampai hari kemudian. Oleh karena itu, pantaslah bahkan wajib menghukum memutuskan perkara putera manusia sesuai dengan hukum yang telah diturunkan Allah, yang telah terdapat didalamnya dan bukanlah pada tempatnya menuruti keinginan dan kemauan hawa nafsu merekayang bertentangan dengan kebenaran yang dibawa oleh junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Tiap-tiap umat Allah diberi syari’at (peraturan-peraturan khusus), dan diwajibkan kepada mereka melaksanakannya, dan juga mereka telah diberi jalan dan petunjuk yang harus melaksanakannya untuk membersihkan diri dan mensucikan batin mereka.
Syari’at setiap umat dan jalan yang harus ditempuhnya boleh saja berubah-ubah dan bermacam-macam, tetapi dasar dan landasan agama Samawy hanyalah satu.
Kitab Taurat, Injil dan al-Qur’an masing-masing mempunya syari’at tersendiri, dimana Allah SWT telah menentukan hukum halal dan haram, sesuai dengan kehendak-Nya untuk mengetahui siapa yang taat dan siapa yang tidak.
Firman Allah SWT:
               

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". (QS. Al-Anbiya’: 25)
Firman-Nya pula:
    •        … 

Artinya: “Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut (syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah SWT) itu …….". (QS. An-Nahl: 36)

Sekiranya Allah SWT menghendaki, tentulah Dia dapat menjadikan manusia hanya mempunyai satu syari’at dan satu macam jalan pula yang akan ditempuh dan diamalkan mereka sehingga dari zaman ke zaman tidak ada peningkatan dan kemajuan, seperti halnya burung atau lebah, tentunya akan terlaksana dan tidak ada kesulitan sedikitpun, karena Allah SWT Kuasa atas segala sesuatu. Tetapi yang demikan itu tidak dikehendaki oleh-Nya.
Allah SWT menghendaki manusia itu sebagai makhluk yang dapat mempergunakan akal dan pikirannya, dapat maju dan berkembang dari zaman ke zaman. Dari masa kanak-kanak ke masa remaja meningkat jadi dewasa dan seterusnya.
Demikian Allah SWT, menghendaki dan memberikan kepada tiap-tiap umat syari’at tersendiri, untuk menguji sampai dimana manusia itu dapat dan mampu melaksanakan perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya. Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam kitab Samawy-Nya, untuk dapat diberi pahala atau disiksa.
Oleh karena itu, seharusnyalah manusia berlomba-lomba berbuat kebaikan dan amal saleh, sesuai dengan syari’at yang dibawa oleh Rasul terakhir Muhammad SAW. Syari’at yang menggantikan syari’at sebelumnya, untuk kepentingan didunia dan kebahagiaan di akherat kelak.
Pada suatu waktu nanti, mam tak mau manusia akan kembali kepada Allah SWT, memenuhi panggilan-Nya, ke alam Baqa’. Disanalah nanti Allah SWT akan memberikan segala sesuatunya tentang hakikat yang diperselisihkan mereka. Orang-orng yang benar-benar beriman akan diberi pahala, sedang orang-orang uang ingkar dan menolak kebenaran, serta menyeleweng dari-Nya tanpa alasan dan bukti, akan diazab dan dimasukkan kedalam neraka.
B. QS. ASYU’ARA: 51-52
        • •  

Artinya: “Sesungguhnya Kami Amat menginginkan bahwa Tuhan Kami akan mengampuni kesalahan Kami, karena Kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman". (QS. As-Syu’ara: 51)
Setelah pada ayat-ayat yang lalu Musa memperlihatkan dua macam mukjizat besar fir’aun menuduhnya sebagai ahli sihir yang pandai dan bermaksud akan mengusir fir’aun dan kaumnya dari negeri mereka, lalu kaumnya menganjurkan supaya dikumpulkan ahli-ahli sihir yang ada di dalam negeri agar diadu kekuatan mereka dengan Musa, maka pada ayat berikut ini, Allah SWT menerangkan jalannya adu kekuatan antara ahli-ahli sihir fir’aun yang pandai, dengan musa yang berkesudahan dengan kemenangan musa dalam adu kekuatan itu, ahli-ahli sihir fir’aun menyerah tanpa syarat, berlutut tak berkutik dihadapan musa sambil berikrar bahwa mereka telah beriman pada Tuhan seru sekalian alam, Tuhan Musa dan Harun.
Ancaman fir’aun yang cukup berat itu, tidak digubris sama sekali oleh mereka. Mereka berkata : “Andaikata dapat melaksanakan ancaman itu, bagi kami tidak jadi soal, sebab bagaimanapun juga orang yang hidup pada waktunya mesti mati, tidak ada daya upaya untuk mengelak dari padaNya”.
        

Artinya: “Dan kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa : “Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hamba Ku (Bani Israil), karena sesungguhnya kamu akan disusuli”. (QS. As-Syu’ara: 52)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia mewahyukan kepada Musa supaya pergi bersama Bani Israil meninggalkan Mesir pada waktu malam, karena kalaupun Fir’aun dan tentaranya menyusul mereka di waktu pagi, mereka tidakakan mencapai mereka sampai di pinggir laut, karena mereka telah lebih dahulu berangkat dari Fir’aun dan tentaranya. Fir’aun dan tentaranya akan menyusul mereka dan akan memasuki lautan sebagaimana Musa dan Bani Israil memasukinya. Setelah Musa dan Bani Israil di tepi laut seberang., sedang Fir’aun dan tentaranya masih berada di tengah-tengah laut, tiba-tiba laut yang tadinya terbelah bertaut kembali, maka tenggelamlah Fir’aun dan semua tentaranya.

C. QS. SABA’: 34
              

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya Kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya". (QS. Saba’: 34)
Ayat yang lalu mengandung hiburan kepada Nabi Muhammad SAW tentang balasan ukhrowi yang menanti para pendurhaka, sedang ayat ini mengandung hiburan duniawi. Demikian menurut banyak ulama’.
Ayat ini menyatakan: Dan Kami sekali-kali tidak mengutus kepada suatu penduduk negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah dan berfoya-foya di negeri itu berkata: "Sesungguhnya Kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya, adalah orang-orang kafir yakni menolak dan tidak percaya.
Terdapat kata mutrafuha terambil dari kata taraf yaitu kenikmatan yang luas, yang mengantar pada hidup berfoya-foya dan lupa diri. Bentuk kata yang digunakan ayat ini bermakana orang-orang yang diberi nikmat yang luas. Pemberinya tentu saja Allah SWT. Penggunaan bentuk pasif itu, memberi kesan bahwa mereka melupakan Allah dan dengan demikian mereka diundang untuk mengingatnya.
D. QS. Al-Baqarah: 136
 •                   •           

Artinya: “Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (QS. Al Baqarah: 136)
Ya’ni: Kami tidak beriman dengan sebagian dan mengingkari sebagian, namun semua nabi-nabi itu kami imani.
Ayat ini merupakan lanjutan dari pengajaran Allah kepada Nabi kaum muslimin menyangkut tentang apa yang mereka ucapkan dan laksanakan. Ayat ini berpesan, katakanlah hai orang-orang mu’min “Kami beriman kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, Pemelihara seluruh alam raya, dan beriman juga terhadap apa yang diturunkan kepada kami baik berupa ayat-ayat al Quran maupun tuntunan Ilahi lainnya yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw, dan wahyu yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’kub dan anak cucunya, dan demikian juga kami percaya kepada apa yang di berikan Musa dan Isa as. Oleh Allah swt., baik kitab suci maupun mukjizat-mukjizatnya serta apa yang diberikan kepada mereka semua nabi-nabi yang bersumber dari tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dalam hal kepercayaan tentang kanabian mereka, dan kami hanya tunduk patuh lahir dan batin kepadaNya Yang Maha Esa itu.
E. Qs. Al-Baqarah: 213
 •• •    •         ••                                     

Artinya: “Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus”. (QS. Al Baqarah: 213)
Ya’ni: Umat manusia dijadikan adalah supaya mereka bersatu padu dan berseia kata.
Manusia sejak dahulu adalah umat yang satu. Ada ulama yang mengaitkan ayat ini dengan ayat QS Yunus: 19, yang menyatakan Manusia dulunya hanyalah satu umat dalam kepercayaan tauhid, tetapi setelah itu tidak demikian karena telah berselisih.
Ada lagi yang berpendapat bahwa sejak dahulu sampai sekarang manusia adalah satu umat. Allah menciptakan mereka sebagai makhluk sosial yang saling berkaiaan dan saling membutuhkan. Mereka sejak dahulu hingga kini baru dapat hidup jika saling membantu sebagai satu umat, yakni kelompok yang memiliki persamaan dan keterikatan. Karena kodrat mereka demikian, tentu saja mereka harus berbeda-beda dalam profesi dan kecenderungan.
Ini karena kepentingan mereka banyak, sehingga dengan perbedaan tersebut, yang ini dapat menyiapkan satu jenis kebutuhan untuk dirinya dan orang lain., dan yang itu menyiapkan jenis kebutuhan yang lain pula untuk dirinya dan orang lain.
F. QS. An-Nahl: 36
    •         •    •             
Artinya: “Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut [syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah] itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang Telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (QS. An Nahl: 36)
Maksud ayat ini untuk membantah kekeliruan kaum musyrik,”Maka tidak ada kewajiban atas para rasul selain penyampai yang terang. “Yakni, tidaklah sama seperti yang kamu duga. Yang sebenarnya ialah perbuatanmu itu benar-benar diingkari, dilarang dengan keras, dan diutus pula para rasul-rasul kepada setiap umat. Semua rasul itu mengajak untuk menyembah Allah yang Maha Esa. “sembahlah Allah dan jahuilah tughat itu. “Seruan ini diberlakukan semenjak ada syirik di tengah-tengah manusia, yaitu pada kaum Nuh a.s.. Nuh merupakan rasul yang pertama kali diutus oleh allah kepada penduduk bumi hingga Dia mengakhirinya dengan Muhammad saw. yang seruannya meliputi golongan jin dan manusia, mulai dengan bumi belahan timur hingga barat sebagaimana firman Allah ta’ala, “Dan tidaklah kami mengutus seorang rosul sebelum kamu melainkan Kami mewahyukan kepada-Nya bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan melainkan Aku, maka sembahlah Aku. “Sedangkan dalam surat ini Allah berfirman, “dan sesungguhnya kami telah mengutus pada setiap umat seorang rasul.’hendaklah mereka menyembah Allah dan menjauhi thagut.” Bagaimana mungkin seorang musyrikin dapat mengatakan , setelah pengutusan para rasul, bahwa, “jika Allah berkehendak niscaya kami tidak akan menyembah perkara selain Dia”. Kehendak-Nya yang bersifat hukum dinegasikan dari mereka, karena Dia telah melarang kaum musyrik berbuat kauniyah, kehendak ini memungkinkan mereka melakukan hal itu sebagai takdir, sehingga tiada hujjah bagi mereka dalam kehendak kauniyah itu.
Kemudian setelah Allah menciptakan mukalaf itu dan ia telah mencapai usia taklif serta ditawarkanlah kepadanya kekafiran dan keimanan, maka sesungguhnya dia akan memilih kekafiran. Jika persoalannya demikian, pada celah manakah kahendak kaunuyah ini ini dapat dijadikan hujjah oleh orang kafir?
Adapun menyangkut hal-hal yang nontaklifi, maka kehendak kauniyah ini bersifat memaksa si mukallaf, misalnya Allah menciptakannya kulit hitamatau buta atau sifat yang lainnya yang tidak dapat dimasuki unsur ikhtiyar (pemilihan) dan tidak memberi celah untuk dipertanyakan dengan cara apapun dan tidak memberi celah untuk dipertanyakan dengan cara apapu. Kehendak kauniyah ini dapat dijadikan hujjah oleh simukalaf.
Maka diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petujuk oleh Allah dan adapula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimanan kesudahan orang-orang yang mendustakan.

IV. KESIMPULAN
1. Allah SWT menurunkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW sebagai syari’at yang terakhir, untuk dijadikan sumber dan landasan hukum dalam memutuskan sesuatu perkara.
2. Orang-orang yang beriman akan dihapus dosanya apa bila ia bertaubat. (QS. As-Syu’ara: 51)
3. Ayat yang lalu mengandung hiburan kepada Nabi Muhammad SAW tentang balasan ukhrowi yang menanti para pendurhaka, sedang ayat ini mengandung hiburan duniawi. (QS. Saba’: 34)
4. Kami tidak beriman dengan sebagian dan mengingkari sebagian, namun semua nabi-nabi itu kami imani. (QS. Al Baqarah: 136)
5. Umat manusia dijadikan adalah supaya mereka bersatu padu dan berseia kata. (QS. Al Baqarah: 213)
6. Kita sebagai hamba Allah disuruh untuk menyembah-Nya. Dan Allah telah mengutus Rasul-Nya untuk memberi peringatan terhadap hamba-Nya yang syirik dan memberi kabar gembira kepada hamba-Nya yang beriman.

V. PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami buat. Dan tentunya dalam makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan, sehingga pada tugas yang selanjutnya dapat lebih maksimal. Dan juga kami minta maaf apabila dalam penyampaian makalah ini ada kata yang tidak berkenan di hati anda-anda semua. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Arrifa’i, Muhammad Nasih.1999. Ringkasan Ibnu Katsir, Jilid II, Jakarta;Gema Insani.
Ash Shiddieqy, Hasbi. 1997. Tafsir al Bayan, Jakarta: PT Ma’arif.
Gani, Bustami. dkk. 1993. Al Quran dan Tafsirnya, Jilid II. Semarang: PT Citra Effhar.
Shihab, Quraish M. 2002. Tafsir Al Misbah, Jakarta: Lentera Hati.

0 komentar: