Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

About

3 Jun 2011

SPI II

PERKEMBANGAN TARBIYAH ISLAM
DI INDONESIA

MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: SPI II
Dosen Pengampu: Drs. H. Mat Solikhin, M.Ag



Disusun oleh :
Misbakhul munir 073111134

M. Atho’illah 073111136


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2008
I. PENDAHULUAN
Kedatangan agama islam pada abad ke 17 M ke dunia di anggap oleh sejarawan sebagai pembangunan dunia baru dengan pemikiran baru, cita-cita baru, kebudayaan serta peradaban baru. Hal ini terbukti dengan masuknya islam di indonesia yang di bawakan oleh para saudagar, yang dengan damai sambil berdagang mereka menyebarkan agama islam di indonesia, karena ajarannya tidak memaksa maka dari itu masyarakat indonesia perlahan mulai menerima ajaran yang di bawa oleh para pedagang dari timur tengah itu, bermula dari itu pendidikan islam sedikit demi sedikit mulai menyebar dan deterima oleh sejumlah kalangan masyarakat, sehingga seiring berjalannya waktu perkembangan pendidikan islam mulai berkembang di daerah yang pertama kali mereka singgahi, menurut sejarah adalah di daerah samudra pasai, untuk lebih jelasnya akan kami bahas di bab selanjutnya.

II. RUMUSAN MASALAH
 Latar belakang tarbiyah islam di indonesia
 Sepak terjang tarbiyah islam
 Tokoh-tokoh

III. PEMBAHASAN
Suatu kenyataan bahwa kedatangan islam ke Indonesia dilakukan secara damai. Berbeda dengan penyebaran islam di timur tengah dalam beberapa kasus disertai dengan pendudukan wilayah oleh militer muslim. Islam dalam batas tertentu disebarkan oleh pedagang, kemudian dilanjutkan oleh para guru agama (da’i) dan pengembara sufi. Masuknya islam yang damai ini menjadikan masyarakat indonesia dengan sendirinya mau mempelajari ajaran islam dengan tanpa paksaan. Hal ini adalah salah satu faktor yang menjadikan pendidikan islam akan menjadi maju dengan pesat hingga sekarang ini.
Dilaporkan oleh in Batutah dalam bukunya rihlah in Batutah bahwa ketika ia berkunjung ke samudra pasai pada tahun 1354 ia mengikuti raja mengadakan halawah setelah shalat jum’at sampai waktu ashar. Dari keterangan itu di duga kerajaan samudra pasai ketika itu sudah merupakan pusat agama islam dan tempat berkumpul ulama-ulama dari berbagai negara islam.
Dengan demikian samudra pasai merupakan tempat studi islam yang paling tua yang dilakukan oleh sebuah kerajaan. Pada masa itu di duga proses pengajaran dilakukan di masjid istana bagi anak-anak pembesar negara, di masjid-masjid lain mengaji, di rumah-rumah guru dan surau-surau untuk masyarakat umum. Istana juga berfungsi sebagai tempat mudzakarah masalah-masalah ilmu pengetahuan dan sebagai perpustakaan, juga sebagai pusat penerjemah dan penyalinan kitab-kitab, terutama kitab-kitab keislaman.
Setelah kerajaan samudra pasai mundur dalam bidang politik, tradisi pendidikan agama islam terus berlanjut. Samudra pasai terus berlanjut berfungsi sebagai pusat studi islam di asia tenggara, walaupun secara politik sudah tidak berfungsi lagi. Ketika kerajaan Malaka muncul menjadi pusat kegiatan politik. Malaka juga berkembang menjadi pusat studi islam. Akan tetap peran samudra pasai juga tidak berkurang.kadang permasalahan yang tidak bisa di pecahkan oleh ulama malaka di mintakan fatwanya kepada ulama samudra pasai. Banyak ulama mancanegara yang datang ke Malaka dari Afganistan, Malabar, Hindustan, terutama dari Arab untuk mengambil peran dalam penyiaran dan pendidikan agama islam. Para ulama itu biasanya diberi kedudukan tinggi di kerajaan. Para penuntut ilmu berdatangan dari berbagai negara asia tenggara. Dari Jawa, sunan Bonang, dab sunan Giri pernah menuntut ilmu di Malaka, setelah itu mereka mendirikan tempat pendidikan islam di daerah masing-masing.
Di kerajaan Aceh Darussalalam, sultan Iskandar Muda juga sangat memperhatikan pengembangan agama dengan mendirikan masjid-masjid seperti masjid Bait- al Rahman di Banda Aceh. Para ulama ini banyak berjasa mendirikan lembaga-lembaga pendidikan islam seperti dayah berkembang menjadi semacam perguruan tinggi. Nuruddin al- Raniri dan abd. Rauf Singkel adalah ulama yang mengajar di lembaga-lembaga pendidikan ini. Para penuntut ilmu yang datang dari luar aceh misalnya syaikh Burhanuddin dari Ulakan-Pariaman-Minangkabau. Setelah pulang beliau mendirikan lembaga pendidikan yang di sebut surau. Kemajuan pendidikan islalm yang pesat ini telah menyebabkan orang menjulukinya sebagai “Serambi Makkah”.
Samudra pasai, Malaka, dan Aceh merupakan pusat-pusat pendidikan dan pengajaran agama islam. Dari sinilah pendidikan islam tersebar ke seluruh penjuru nusantara melalui karya karya ulama’nya serta murid-murid yang menuntut ilmu kesana, sebagaimana sunan Giri di jawa timur terhadap daerah-daerah indonesia bagian timur. Karya-karya sastra dan keagamaan segera berkembang di kerajaan-kerajaan islam. Tema dan isi dari karya tersebut seringkali mirip antara satu dengan yang lainnya.
Sistem pengajaran bagi setiap umat islam sebagaimana di negara-negara muslim, adalah pengajian al-Qur’an. Pada awal lafal bacaan bahasa arab (huruf-huruf hija’iyah), sesudah itu menghafal surat-surat pendek (juz ‘amma) beserta tajwidnya yang di perlukan untuk sholat. Setelah seorang murid di kenalkan dengan berbagai buku yang bersifat elementer, pada tingkatan lebih lanjut segera di ajarkan buku-buku pegangan yang lebih besar. Buku-buku itu dibaca di bawah bimbingan seorang guru.
Pendidikan islam mengalami kemajuan pesat setelah ulama’ mengarang buku-bukub pelajaran keislaman menggunakan bahasa melayu, seperti karya Hamzah Fansuri, Nuruddin al-Raniri, abd. Rauf Singkel di aceh. Demikian juga di Palembang dan Banjarmasin. Di jawa dengan bahasa jawa dan sunda. Hal ini terjadi setelah banyak orang-orang indonesia yang belajar ke negeri arab dan menjadi ulama terkenal setelah kembali ke negeri asalnya.
Di Minangkabau lembaga pendidikan disebut dengan surau, dengan kata lain surau berfungsi semacam masjid berukuran kecil karena tidak digunakan untuk shalat jum’at. Di Kalimantan selatan lembaga pendidikan dikenal dengan nama langgar. Orang yang pertama mendirikan langgar adalah syaikh Muhammad Arsyad al-banjari, seorang ulam yang perna h menuntut ilmu di Aceh dan Makkah. Sedangkan di jawa disebut dengan pesantren nama lembaga pendidikan islam tidak berasal dari timur tengah akan tetapi dari nama lembaga sebelum islam. Dari lembaga-lembaga pendidikan yang sifatnya sederhana ini nantinya akan menjadi cikal bakal terbentuknya lembaga-lembaga pendidikan yang modern seperti halnya universitas islam yang ada sekarang ini, yang sebenarnya awal mulanya adalah lembaga-lembaga seperti di atas.


IV. KESIMPULAN
Samudra pasai merupakan tempat studi islam yang paling tua yang dilakukan oleh sebuah kerajaan. Pada masa itu proses pengajarannya dilakukan di masjid istana bagi anak-anak pembesar negara, di masjid-masjid lain mengaji, di rumah-rumah guru dan surau-surau untuk masyarakat umum.
Pendidikan islam mengalami kemajuan pesat setelah ulama’ mengarang buku-bukub pelajaran keislaman., seperi karya Hamzah Fansuri, Nuruddin al-Raniri, abd. Rauf Singkel di aceh. Demikian juga di palembang dan banjarmasin. Sebagaimana juga sunan Giri, adalah tokoh ulama’ yang berasal dari daerah jawa timur.

V. PENUTUP
Demikian makalah ini kami susun, kami menyadari bahwa dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun segi tata bahasa. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna evaluasi kedepannya. Semoga dibalik ketidaksempurnaan yang ada, makalah ini tetap dapat memberikan manfaat yang baik bagi kita semua, Amin.
DAFTAR PUSTAKA


Azra, Azyumardi, Renaisans Islam Asia Tenggara, Sejarah Wacana Dan Kekuasaan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990
Hurgronje, C. Snouck, Aceh Di Mata Kolonialisme, Jakarta: Yayasan Soko Guru, 985
Ishak, Abdullah, Islam Di Nusantara (Khususnya Di Tanah Melayu), Selangor : Al-Rahmaniyah, 1990.
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005
Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta : Hidakarya, 1985

0 komentar: