Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

About

28 Apr 2011

Ilmu Pendidikan Islam

PESAN-PESAN SYEKH AZ-ZARNUJI
DALAM KITAB TA’LIMUL MUTA’ALIM
Makalah ini guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dra Hj Nur Uhbiyati









Disusun Oleh :
1. A. Miftahul Huda (093111001)
2. Ahmad Hasan (093111002)
3. Ainul Musthofiah (093111003)
4. Ali Usman (093111020 )


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010

I. PENDAHULUAN
Rahmad serta keagungan semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan junjungan bagi orang-orang arab maupun orang-orang ajam (non arab). Dan Rahmad serta keagunagn semoga tercurahkan pula kepada semua keluarga dan para sahabatnya yang menjadi sumber dari segala macam ilmu-ilmu amaliyah dan ilmu-ilmu bathiniyah.
Setelah kami amati pada zaman sekarang ini banyak sekali orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, akan tetapi mereka tidak dapat menguasai atau mereka tidak dapat mengoksplorasi kemanfaatan dari ilmu yang di pelajarinya, atau mereka tidak dapat menikmati nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Sehingga mereka tidakk dapat mengembangkan ilmu yang di pelajarinya. Dan ternyata semua itu terjadi dikarenakan adanya kesalahan mereka didalam cara yang tepat dalam mencari ilmu dan mereka banyakmeninggalkan syarat-syarat dalam mencari ilmu. Sudah tidak dapat di pungkiri lagi kalu orang yang salah dalam cara mencari ilmu itu nantinya dia akan tersesat dan tidak akan memperoleh apa yang menjadi tujuannya, baik tujuan biasa-biasa saja atau manfaat yang besar.
Maka dari itu kami berusaha untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada dengan menjelaaskan kepada mereka tentang metode belajar berdasarkan pemahaman kami dari kitab-kitab yang ada. Dan yang saya dengar dari keteranagn guru-guru kami yang paham dengan ilmu-ilmu amaliyah maupun ilmu bathiniyah.
Dikarangan saya ini dinamai Ta’lim Muta’alim yang isinya menjelaskan tentang metode belajar yang benar. Dan kami jadikan beberapa pasal diantaranya; pasal tentang arti pentingnya ilmu dan fiqh serta keutamaannya; pasal tentang niat dalam mencari ilmu; pasal dalam memilih ilmu, guru, teman dan ketabahan; pasal tentang mengagungkan ilmu dan ahli ilmu; pasal tentang tekun, kontinuitas dan minat; permulaan, ukuran dan tatatertib belajar; tawakkal; waktu mendapatkan hasil ilmu; kasih sayang dan nasihat; mencari faedah; sifat waro’ di waktu belajar; penyebab hafal dan lupa; dan pasal tentang sebab-sebab mendatangkan rizki dan menolak rizki, serta memperpanjang dan memperpendek umur.

II. PEMBAHASAN
PASAL I: Arti Pentingnya Ilmu (hakikat ilmu), Fiqh dan Keutamaannya
Rasulullah bersabda:
طلب العلم فريضة على كلّ مسلم ومسلمة
Artinya: “ mencari ilmu itu merupakan kewajiban bagi setiap muslim baik laki-laki maupun pertempuan”.
Ketahuilah bukan berarti kewajiban mencari ilmu disini adalah kewajiban mencari semua ilmu itu tidak, tetapi kewajiban disini adalah kewajiban mencari ilmu yang menjadi kebutuhan pada waktu sekarang atau yang sedang di butuhkan pada waktu itu. Sebagaimana pepatah mengatakan “ ilmu yang paling utama adalah ilmu saat ini, sedangkan amal yang paling utama adalah menjaga kondisi yang ada pada saat itu”.
Di wajibkan bagi seorang muslim un tuk mencari pengetahuaan tentang permasalahan yang sedang dihadapinya atau yang sedang terjadi pada saat itu. Seperti halnya tentang sholat, maka seorang muslim itu harus mempelajari semua hal yang terjadi dalam shalat baik tentang syarat rukun dan sunnah-sunnahnya. Dan kewajiban disini adalah mengetahui hal-hal yang diwajibkan karena suatu perkara yang menjadi sarana kefardhuanitu adalah fardhu dan perkara yang menjadi sarana kewajiban itu adalah wajib. Seperti tentang puasa dan zakat bagi yang mempunyai harta dan haji yang sudah di wajibkan begitu juga ibadah-ibadah yang lain seperti jual beli bagi pedagang.
Muhammad bin Hasan pernah di suruh oleh sahabatnya supaya mengarang kitab zuhud. Kemudian beliau menjawab “saya telah mengarang kitab tentang jual beli” yang di maksud perkataannya adalah orang yang zuhud adalah orang yang menjaga dari perkara yang subhat dan makruh dalam berdagang. Begitu juga tentang muamalah dan perbuatan apapun wajib menjaga dari perkara yang subhat dan makruh.
Selain wajib, mengetahui perkara yang di haramkan. Setiap orang juga wajib mengetahui segala hal yang berhubungan dengan hati, baik berupa tawakkal, raja’, khouf, dan ridho. Karena sesungguhnya semua itu bisa di libatkan dalam segala aktifitas.
Ilmu yang mulia itu bisa dimiliki oleh siapapun, karena sesungguhnya ilmu itu memang diperuntukkan kepada manusia. Sedangkan semua perilaku selain ilmu itu juga dimiliki oleh binatang-binatang. Seperti berani, nekat, kuat, dermawan, kasih sayang dan lain-lain yang selain ilmu.
Dan dengan ilmu pula Allah memuliakan nabi Adam daripada malaikat-malaikat yang ada. Dan Allah juga menyuruh malaikat-malaikat untuk bersujud kepada nabi Adam. Dan sesungguhnya kemuliaan itu di karenakan ilmu itu merupakan sarana menuju ketakwaan. Dimana ketakwaan itulah suatu hal yang sangat di mulyakan Allah dan merupakan perkara yang paling menguntungkan selama-lamanya baik di dunia dan di akhirat.
Juga pernah dikatakan pada Muhammad bin Hasan dalam sebuah syair:
تعلم فانّ العلم زين لأهله # وفضل وعنوان لكلّ المحامد
Belajarlah karena ilmu itu bisa menghiasi orang yang berilmu # Dan memberikan keutamaan dan merupakan ciri-ciri dari segala pujian
وكن مستفدا كلّ يوم زيادة # من العالم واسبح في بحور الفوائد
Dan jadilah orang yang setiap harinya bertambah dalam mengambil faedah ilmu (yang dipelajari). Dan arungilah kefaedahan ilmu yang sangat luas yang di umpamakan denagn lautan.
تفقه فانّ الفقه افضل قائد # الى البرّ التّقوى واعدل قاصد
Bersungguh-sungguhlah dalam memahami ilmju agama (fiqh), karena sesungguhnya fiqh itu merupakan kaiadah yang paling utama guna menuju pada kebaikan dan takwa dan tujuan yang lurus.
هو العلم الهادى الى سنن الهدى # هو الخصن ينجى من جميع اشّدائد
Dan merupakan ilmu yang menunjukkan kepada jalan-jalan menuju petunjuk yang benar. Dan merupakan benteng yang menyelamatkan dari segala macam bahaya.
فانّ فقيها واحدا متورعا # أشد من الشيطان من الف عابد
Sesungguhnya satu orang ahli fiqh itu lebih memberatkan bagi syetan daripada seribu ahli ibadah.
Sebagaimana diwajibkannya mengetahui perilaku hati, orang islam juga diwajibkan menagetahui tentang akhlak seperti dermawan, bakhil, penakut, nekad, takabur, tawadu’, iffah, pemborosan, dan lain sebagainya. Karena sesungguhnya takabur, bakhil, penakut, dan boros itu haram hukumnya. Dan tidak mungkin bisa menjaga diri dari perbuatan haram tersebuit terkecuali sudah mengetahuinya dan mengetahui cara untuk melawannya. Maka dari itu setiap manusia wajib mengetahui perkara-perkara yang diharamkan tersebut.
Seorang ulama’ yang agung yang menjadi imam yang telah mati syahid beliau bernama Nasyiruddin yang di juluki dengan Abu Qosim telah mengaram sebuah kitab yang menjelaskan tentang akhlak dan kitab ini merupakan kitab yang paling bagus dari semua kitab-kitab yang dikarang beliau. Dan merupakan kewajiban bagi setiap orang islam untuk benar-benar mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi jika pelaksanaan akhlak itu dilakukan dilakukan pada masa-masa yang tidak tentu maka, hal seperti itu di hukumi fardhu kifayah karena sudah ada dari sebagian daerah itu telah menjalankannya sehingga yang lain telah gugur kewajiban untuk melaksanakannya.
Maka dari itu diwajibkan bagi seorang pemimpi untuk menyuruh warganya untuk menjalankan dan bahkan boleh bagi seorang pemimpin untuk memaksa warganya supaya menjalankan akhlak.
Pepatah mengatakan “ mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada diri sendiri orang muslim yang berhubungan denagn tingkah laku itu merupakan hal yang sangat penting seperti pentingnya makanan pada diri seorang tersebut. Dan mengetahui perkara yang dibutuhkan pada masa-masa tertentu itu merupakan perkara yang sekunder seperti halnya mengetahui obat untuk suatu penyakit. Karena datangnya penyakit itu tidak dapat di pastikan tepatnya. Dan belajar ilmu perbintangan itu merupakan penyakit. Sehingga belajar ilmu tersebut hukumnya haram. Karena untuk menghindari dari Qadha dan takdir Allah itu tidak mungkin sekali. Maka dari itu wajib bagi setiap orang islam untuk selalu ingat keapda Allah kapanpun dan di manapun dan selalu berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah dan membaca Al Quran dan bersedekah karena sedekah itu dapat menolak malapetaka. Dan orang islam berdoa kepada Allah supaya dima’afkan segala dosa yang telah di lakukan dan semoga diberi kesehatan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Supaya Allah menjauhkan dari bahaya dan malapetaka. Karena sesungguhnya orang yang dikabulkan doanya maka dia tidak akan terhalang dari dikabulkannya doa. Dan bahaya itu sudah dipastikan maka takdir itu pasti terjadi. Akan tetapi Allah telah meringankannya dan memberikan kesabaran kepadanya karena doa yang selalu di panjatkan oleh orang tersebut.
Ketahuilah ketika kamu belajar ilmu perbintangan dengan tujuan supaya bisa mengetahui arah kiblat atau untuk mengetahui waktu-waktunya sholat, maka belajar seperti itu hukumnya boleh-boleh saja. Adapun mempelajari ilmu kedokteran itu hukumnya boleh, karena itu merupakan sebab dari adanya sebab.
Imam Syafi’i pernah berkata ilmu itu ada dua, yaitu; ilmu untuk fiqh dan ilmu kedokteran. Ilmu fiqh untuk agama dan ilmu kedokteran untuk badan. Sedangkan selain itu merupakan ilmu pelengkap. Imam Abu Hanifah berkata; “fiqh itu untuk mengetahui fungsi jasmaniah manusia dan bahaya yang ditimbulkan oleh jasmaniah manusia”. Karena bukan di katakan suatu ilmu kalau tidak diamalkan. Dan amal yang yang berdasarkan ilmu itu lebih cenderung meninggalkan dunia guna meraih akhirat. Sehingga manusia harus selalu berusaha untuk bisauntuk mengambil manfaat dirinya dan bisa menajuhkan dirinya dari perkara-perkara yang membahayakan dirinya. Sehingga akan dan ilmunya tidak melecehkan dirinya.

PASAL II: Niat dalam Belajar
Diwajibkan bagi seorang yang sedang mencari ilmu untuk berniat dalam belajar. Karena niat itu merupakan pokok dari semua kegiatan. Sesuai dengan hadits Nabi;
انماالاعمال باالنيات
“Sesungguhnya sahnya suatu perbuatan itu di dasarkan pada niatnya”.
Dalam hadits lain dikatakan yang artinya sebagai berikut: “Banyak sekali orang yang melakukan bentuk-bentuk amal dunia menjadi amal akhirat karena adanya niat yang baik. Dan banyak sekali orang melakukan bentuk-bentuk amal akherat dan menjadi amal dunia dikarenakan adanya niat yang salah”.
Dan tidak diperbolehkan bersikap zuhud dan bertawadu tanpa mengetahui tujuan dan kebenarannya. Syekh Burhanuddin membuat syair untuk murid-muridnya yang artinya berbunyi sebagai berikut: “Termasuk kerusakan yang parah yaitu adanya orang yang berilmu tetapi tidak peduli (dengan dirinya dan lingkungannya). Dan akan lebih parah lagi jika ada orang bodoh yang beribadah tanpa ilmu”.
Keduanya merupakan fitnah terbesar di dunia. Hendaknya keduanya itu tetap berpegang teguh pada agamanya dan selalu mensyukuri atas nikmat akal dan sehatnya badan. Muhammad bin Hasan pernah berkata kalau memang semua manusia itu budak, maka aku akan memerdekakan mereka dan aku bebaskan mereka. Karena barang siapa sudah pernah merasakan nikmatnya ilmu maka rasa butuhnya kepada orang lain sedikit sekali.
Syekh imam Hammad bin Ibrohim bin Ismail al anshori melantunkan syair yang merupakan tulisannya imam abu Hanifah;
من طلب العلم للمعاد # فاز بفضل من الرّشاد
“Barang siapa mencari ilmu untuk urusan akhirat maka akan mendapatkan anugrah berupa petunjuk yang benar. Maka sangat kasihan sekali bagi mereka yang mencari ilmu dengan tujuan mendapat keutamaan di mata manusia”.
Dan sepatutnya bagi pelajar untuk berfikir menggunakan akal fikirannya. Karena sesungguhnya mencari ilmu itu pekerjaan yang melelahkan. Maka dari itu jangan sampai ilmu yang sudah kita usahakan dengan penuh kelelahan itu di arahkan pada urusan duniawi yang sifatnya hina. Ada sebuah syair yang artinya; “Dunia itu perkara yang paling sedikit. Dan orang yang asangat mencintai dunia adalah orang yang hina dari orang-orang yang hina. Karena sihirnya dunia bisa menulikan dan membutakan dia, sehingga mereka bingung tanpa pedoman”.
Hendaknya orang yang mempunyai ilmu itu bersikap tawadu’. Tawadu’ adalah sikap diantara takabur dan merendah. Syekh guru besar yang menjadi tiang agama dikenal dengan ilmu tatakramanya melantunkan syair untuk dirinya sendiri yang artinya:
“Sesungguhnya tawadu’ itu merupakan perilaku orang yang bertakwa, karena dengan sikap tawadu’ akan terangkat derajatnya. Dan termasuk hal yang mengagumkan adalah kekagumannya orang tidak paham dengan sikapnya. Apakah dia termasuk orang yang beruntung atau orang yang celaka?, dan bagaimana keadaan ruh dia setelah mati?, apakah akan berada ditempat yang rendah atau tempat yang luhur. Sombong itu merupakan sifat khusus Allah, maka dariitu jauhilah sifat tersebut dan jagalah dari sifat tersebut”.
PASAL III: Memilih Ilmu, Guru, Teman dan Ketabahan
Sudah sepatutnya bagi pencari ilmu untuk memilih ilmu yang bagus dan yang paling dibutuhkan bagi mereka dari semua ilmu-ilmu yang ada, baik ilmu untuk urusan agamanyadimasa sekarang ataupun dimasa nanti. Sedangkan ilmu yang harus di dahulukan adalah ilmu tauhid.
Dalam memilih ilmu hendaknya mendahulukan ilmu yang sudah kuno bukan ilmu-ilmu yang baru. Kebanyakan ulama’ berpendapat “Nerpegang teguhlah pada ilmu-ilmu yang kuno dan berhati-hatilah denagn ilmu baru. Begitu juga berhati-hatilah dengan kegiatan saling mendebat atau membantah, apalagi kediatan debat itu di lakukan setelah ulama’ yang kharismatik itu meninggal. Karena semua itu daoat menjauhkan pelajar dari pemahaman ilmu dan akan menyia-nyiakan usia serta menagkibatkan rasa mengeluh dan menimbulkan permusuhan. Dan itu semua merupakan tanda-tanda munculnya hari kiamat dan merupakan tanda akan hilangnya ilmu dan pemahaman ilmu”.
Sedangkan dalam milih seorang guru yang lebih alim, lebih wira’i dan lebih tua. Sebagaimana yang dilakukan imam abu hanifah ketika menjadi Syekh hammad bin abi Sulaiman, dimana beliau sebelum itu melakukan penelitian. Beliau berkata; saya telah menemukan seorang guru yang agung, bijaksana, damn sangat penyabar. Maka dari itu saya akan berkomitmen kepada syekh Hammad bin abi Sulaiman dan akan bersama beliau.
Saya pernah mendengar ucapan dari ahli hikmah dan beliau termasuk dari ulama’ kota Samarkandi. Beliau berkata; Sesungguhnya satu orang dari para pencari ilmu yang mau bermusyawarah denganku tentang mencari ilmu maka dia sempurna mencari emas di banding dengan para pencari ilmu yang lainnya. Maka dari itu sepatutnya bagi para pencari ilmu untuk bermusyawarh dalam berbagai hal. Ketika musyawarah hendaknya salah satunya jangan merasa lebih pandai dari yang lainnya.
Syekh Ja’far Shodiq berkata kepada sofyan as Tsauri “Bermusyawarahlah kamu untuk permasalahan kamu bersama dengan orang-orang yang takut pada Allah. Dan mencari ilmu itu termasuk urusan yang luhur dan yang paling sulit maka dari itu bermusyawarahlah dalam mencari ilmu. Imam Hakim berkata; “Ketika kamu pergi ketanah Bukhara untuk mencari guru maka kamu jangan tergesa-gesa untuk memilih guru. Tetapi tenangkan dirimu untuk berfikir dalam menentukan guru yang akan kamu pilih selama kurang lebih dua bulan. Karena jika kamu sudah menentukan guru yang kamu pilih dan sudah mulai belajar kepadanya dan tiba-tiba ada cara-cara pengajaran guru tersebut yang tidak kamu sukai terus kamu pindah pada guru yang lain maka belajarmu tidak akan barokah. Maka dari itu mantapkanlah dalam memilih guru. Dan alangkah baiknya jika penentuan guru itu berdasarkan musyawarah untuk minta pendapat dari orang lain, karena belajar dengan istiqomah itu menyebabkan munculnya barokah.
Ketahuilah sesungguhnya sabar dan isqomah itu merupakan dasar pokok dari semua urusan untuk menegakkannya. Akan tetapi jarang sekali yang melakukannya. Ada sebuah syair mengatakan: “Setiap orang itu dengan usahanya bisa mendapatkan derajat yang luhur akan tetapi jarang seseorang yang mau menjalankannya”.
Pepatah mengatakan; “Keberanian itu adalah kesabaran sesaat”. Maka dari itu sepatutnya bagi para pencari ilmu untuk bersikap istiqomah dan sabar terhadap gurunya dan terhadap kitab yang dipelajarinya. Seorang pelajar boleh pindah ketempat belajar yang lain kalau memang tempat pertama sudah menyelesaikannya. Karena istiqomah itu menyebabakan kacaunya urusan dan membuat hati susah, menyia-nyiakan waktu dan menyakitkan gurunya.
Dan bagi pelajar hendaknya bisa bersabar menahan keinginan dirinya dan hawa nafsu. Sebuah syair mengatakan “sesungguhnya hawa nafsu itu merupakan permainan yang benar-benar hina. Dan orang yang dikalahkan oleh setiap nafsu yang ada, maka dia adalah orang yang telah dikalahkan oleh kehinaan.
Disamping sabar menahan hawa nafsu, pelajar juga harus bersabar atas cobaan dan bahaya. Karena gudangnya keanugerahan itu banyak cobaannya”. Dikatakan sahabat Ali r.a. pernah bersyair yang berbunyi: “Ingatlah bahwasanya ilmu itu tidak dapat diraih kecuali dengan enam perkara. Nanti saya akan menceritakan bagian-bagiannya. Diantaranya cerdas, bersungguh-sungguh, sabar, mempunyai bekal, ada guru yang menunjukkannya, dan membutuhkan waktu yang lama”.
Sedangkan dalam mencari teman hendaknya pelajar itu memilih teman yang mempunyai kesungguhan yang wira’i, yang mempunyai pendirian yang benar dan lurus. Dan menghindari teman-teman yang pemalas, banyak bicara, suka membuat kerusakan, dan suka memfitnah”. Sebuah syair mengatakan yang artinya adalah:
“Untuk mengetahui seseorang jangan kamu tanya langsung kepadanya. Akan tetapi perhatikan teman-temannya. Sesungguhnya teman itu akan mengikuti orang yang ditemani. Maka dari itu jika ada orang yang berperilaku buruk hendaknya jauhilah, dan apabila ada orang yang berperilaku baik maka bertemanlah dengannya sehingga akan mendapat petunjuk darinya”.
Nabi Muhammad SAW bersabda; “Setiap bayi itu dilahirkan dalam keadaan suci yaitu islam, kecuali kedua orangtuanya membawanya keagama Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
PASAL IV: Mengagungkan Ilmu dan Ulama’
Ketahuilah sesungguhnya orang yang sedang mencari ilmu itu tidak akan mendapatkan manfaatnya kecuali mau mengagungkan ilmu dan ahli ilmu. Pepatah mengatakan “ Seseorang tidak akan sampai ke tujuannya kecuali dengan menghormati tujuannya tersebut. Begitu juga dengan orang tidak akan hancur kecuali orang itu menghormati orang lain”.
Sahabat Ali r.a. berkata “ Saya adalah hambanya orang yang mengajari saya satu huruf. Kalau dia berkehendak menjual saya atau memerdekakan saya atau menjadikan saya sebagai budak saya akan terima”. Sahabat Ali juga juga bersyair yang berbunyi “ saya yakin bahwa hak yang paling benar adalah haknya seorang guru dan merupakan hak yang wajib dijaga bagi setiap orang islam dan kemuliaan yang harus diberikan. Karena mengajarkan satu huruf sama dengan seribu dirham.
Dan termasuk mengagungkan guru adalah:
• Tidak berjalan didepan guru
• Tidak duduk ditempatnya guru
• Tidak mau berkata lebih dahulu, sesudah mendapatkan ijin dari guru
• Tidak banyak bicara didepan guru
• Tidak bertanya ketika guru sudah merasa lelah
• Menghormati anak-anak guru dan orang yang ada hubungannya dengan sang guru
Guruku syekh Burhanuddin bercerita, ada seseorang yang termasuk pembesar imam kota Bukhara. Orang itu duduk dimajelis pengajian dan disela-sela pengajian dia berdiri beberapa saat. Dan orang-oarang yang ada disekitarnya bertanya tentang tindakannya dan dia menjawab anak guruku sedang bermain bersama teman-temannya dijalanan, jadi ketika aku lihat dia maka aku berdiri untuk menghormati dia karena guruku.
Syekh Fahruddin Al-Arsyabandi adalah pemimpin para imam di kota Marwa. Raja di kota tersebut dangat menghormati beliau. Dan beliau berkata sesungguhnya saya mendapatkan derajat seperti ini dikarenakan saya sangat menghormati guru saya. Saya pernah melayani guru saya yang menjadi qodhi. Beliau bernama Abu Yazid Addabusi. Saya melayani beliau memasakkan makanan, dan saya tidak berani memakan makanannya.
Barang siapa menyakiti gurunya, maka barokah ilmunya tidak akan bearmanfaat kecuali Cuma sedikit. Karena seorang guru dan dokter itu akan memberi nasehat ketika mereka di muliakan. Maka bersabarlah atas penyakit jika kamu benci kepada doktermu. Dan terimalah kebodohanmu jika kamu benci kepada gurumu.
Termasuk mengagungkan ilmu yaitu mengagungkan kitab. Hendaknya sang pelajar ketika mengambil kitab itu dalam keadaan suci. Dikisahkan dari imam Khalwani beliau berkata sesungguhnya saya bisa mendapatkan ilmu seperti ini dikarenakan saya telah mengagungkan ilmu. Dimana disetiap saya mengambil kurasan (lembaran-lembaran) kitab selalu dalam keadaan suci. Dan dikisahkan iamam Syarkhosi sakit perut dan beliau berulangkali wudlu dalam satu malam sebanyak 17 kali. Semua itu beliau lakukan karena beliu ingin selalu dalam keadaan suci.
Kewajiban mengagungkan ilmu yang lainnya adalah tidak memanjangkan kaki (selonjor) kearah kitab dan meletakkan kitab tafsir alquran diatas kitab-kitab yang lain untuk mengagungkannya dan tidak meletakkan sesuatu diatas kitab. Guruku syekh Burhanuddin menceritakan cerita dari gurunya. Ada seorang ahli fiqh meletakkan tinta di atas kitab. Dan guruku berkata kepadanya dengan bahasa paris “Bironiyabi (kamu tidak mendapatkan kemanfaatan dari ilmumu).
Termasuk mengagungkan ilmu adalah menulis yang bagus sehingga mudah untuk dibaca. Dan tidak menulis dibagian pinggir kitab kecuali dalm keadaan terpaksa. Imam Abu Hanifah melihat orang yang menulis dengan tulisan yang sangat kecil sekali, kemudian beliau berkata “jangan kamu kecilkan tulisanmu karena jika kamu masih hidup kamu akan menyesal dan apabila kamu sudah meninggal maka kamu akan diela. Maksudnya jika kamu sudah tua dan penglihatan sudah kabur maka kamu akan menyesal atas semua yang kamu lakukan.
Sepatutnya potongan kitab itu berbentuk segi empat. Dan itu merupakan potongan kitab imam Abu Hanifah. Karena bentuk segi empat itu mudah diangkat dan diletakkan serta mudah dibuka kembali. Dan hendaknya didalam kitab itu tidak ada suatu warna merah. Karena itu semua merupakan kebiasaan orang-orang ahli filsafat bukan kebiasaan ulama salaf. Dan sebagian dari guruku sangat membenci tulisan yang disusun dengan warna merah.
Dan sepatutnya bagi seorang pelajar untuk berusaha mendengar setiap ilmu yang di jelaskan oleh sang guru agar mendapat hikmah yang agung dan penghormatan. Dan jika seorang pelajar mendengarkan satu kalimat sampai seribu kali dan dia tidak da rasa mengagungkan atau menghormatinya maka dia bukan ahli ilmu. Dan seyogyanya bagi seorang pelajar untuk tidak memilih ilmu menurut dirinya sendiri. Alangakah baiknya dia menyerahkan semuanya pada gurunya. Karena sesungguhnya guru itu sudah melakukan menelitian terhadap ilmu dan mengetahui ilmu mana uang cocok yang sesuai watak dari muridnya. Syekh imam Burhanuddin berkata “pada zaman dulu mau menyerahkan semua urusan kepada gurunya dalam mencari ilmu sehingga mereka berhasil berhasil mendcapainya dan keinginan mereka. Dan zaman sekarang para pelajar dengan sendirinya memilih ilmu yang diminatinya sehingga banyak sekali yang tidak berhasil mendapatkan ilmu dan fiqh yang mereka inginkan.
Dan juga sepatutnya bagi seorang pelajar untuk tidak duduk dekat guru kecuali keadaan darurat. Hendaknya jarak antara murid dengan sang guru itu kadar satu besar panah karena yang semacam itu lebih menghormati. Dikatakan bahwasanya ilmu itu memerangi orang yang takabur sepertinya halnya banjir yang menyerang tempat yang tinggi. Pepatah mengatakan “kemuliaan dari Allah itu karena adanya kesungguhan. Dan apakah keagungan dapat didapatkan tanpa adanya kesungguhan?. Banyak sekali budak menempati posisi orang merdeka dan banyak sekali orang merdeka yang menempati posisi sebagai budak”.
PASAl V: TEKUN, KONTINUITAS DAN MINAT
Menuntut ilmu harus benar-benarrajin dan tekun penuh semangat, bersungguh-sungguh secara kontinu, dan mempunyai minat atau cita-citayang kuat.
Ada tiga unsur pokok untuk memperoleh kesuksesan dalam menekuni ilmu dan fiqih, yaitu:
1. Orang yang belajar.
2. Seorang guru yang mengajar.
3. Seorang ayah jika ia masih hidup dan mengusahakan dengan sungguh-sungguh agar anaknya berhasil memperoleh ilmu.

الجد يدنى كل امر شا سع # والجد يفتح كل باب مغلق
واحق خلق الله بالهم امرؤ # ذوهمة يبلى بعيشضيق
ومن الدليل على القضاءوحكمه # بؤس اللبيب وطيب عيش الاحمق
لكن من رزق الحجا حرم الغنى # ضدا ن يفترقان اي تفرق
• bersungguh-sungguh itu dapat mendekatkan segala perkara yang jauh : dan dapat membukakan segala pintu tertutup
• Kenyataan mahluk kAllh yang susah payah : adalah orang yang bercita-cita tinggi. Tetapi ia dicoba dengan kehidupan yang sempit
• Di antar bukti atas ketetapan dan ketentuan Alla, yaitu adanya orang pandai yang hidup sengsara dan orang ediot yang bahagia hidupnya.
• Tapi oran gcerdik terhalang dari kekayaan : keduanya merupakan perbedaan yang sangat berlawanan.
Kesungguhan dapat membukakan pintu tertutup, maksunya pintu tertutup dan sulit membukanya. Orang ediot yang bahagia –hidupnya karena kehendak Allsh dan ketetapanya. Sedangkan orang cerdik terhalang dari kekayaan tidak menunjukkan semuanya. Keduanya merupakan bukti yang berlawanan.
Seperti diterangkan dalam sebuah syair yang artinya: “Engkau mengharapkan seorang Faqih yang trampil bicara tetapi tidak mau bersusah payah, berarti seperti orang gila (sedangkan gila itu) bermacam-macam”.
“Engkaupun tidak dapat memperoleh harta benda tanpa membanting tulang ; apalagi kalau kamu menghendaki ilmu tak mau kesulitan”.
Maksudnya, bahwa anda mengiginkan menjadi seorang Ahli Fiqih yang trampil berdiskusi membahas permasalahan-permasalahan tetepi tetapi tidak mau bersusah payah, ini berti termasuk satu macam gila. Dan sesungguhnya keadaan ini dinamakan gila sebab ilmu fiqih merupakan tuntutan yang tinggi. Sedangkan sesuatu yang dituntut semakin tinggi tuntutanya maka semakin beratlah kepayahanya.
Demikin pula untuk memperoleh harta tanpa mengalami kesulitan adalah seperti menginginkan berhasil memperoleh ilmu tanpa bersusah payah, maka tidak akan terwujud. Penuntut ilmu harus berani bangun malam. Maksudnya bahwa dengan kadar kepenatan, kepayahan dan kesulitanmu itu maka kamu akan mencapai kedudukan yang tinggi. Dan bagi orang yang mencari kedudukan tertinggi maka ia harus membiasakan bangun malam.
Pangkat yang tinggi seagai ibarattingginya kedudukan dan kemuliaan dapat sempurna dengan cita-cita yang tinggiyakni dengan tujuan yang sempurna dan usaha yang bagus, adapun kemuliaan seseorang dapat diraih dengan berani bangun malam.
Dan dikatakan “jadikanlah waktu malam itu sebagai kendaraanmu; agar dapat sukses cita-citamu”. Maksudnya, jadikanlah waktu malam itu sebagai onta dan kendaraan agar cita-cita dan tujuanmu dapat tercapai. Sebagaimana onta jika kamu mengendarainya maka dapat mencapai tujuanmu.
Penulis sepakat dengan sair itu semakna dengan sairnya:
من شاء ان يحتوى اسالهجملا # فليتخذليله في دركها جملا
اقلل طعامك كى تظى به شهرا # ان شئت يا صاحبي ان تبلغ الكملا
Maksudnya, siapa ingin mengumpulkan segala rencana dan cita-citnya, maka gunakanlah waktu malamnya untuk mengejarnya. Dan untuk dapat bangun malam, maka biasakanlah makan sedikit. Jadi wahai para pencari ilmu jika anda ingin kesempurnaan ilmu, maka sedikitkanlah makanmu.
PASAL VI: Permulaan, Ukuran, dan Tata Tertib Belajar
Sebaiknya penuntut ilmu dalam memulai pengajian memilih kitab yang lebih mudah dipahami. Syekh Imam Syarafudin al Uqaily berkata :”menurut pendapatku seseorang yang baru memulai mengaji yang benar adalah sebagaimana yang telah ditetapkan pada guruku. Mereka memilihkan kitab-kitab yang kecil-kecil kepadanya, karena lebih mudah dipahami dan memberi tanda, serta menjauhkan dari kebosanan dan lebih banyak dikuasai.
Kemudian untuk memperkuat hapalan ilmu yang telah anda hapal, hendaknya diperkuat dengan mengulang-ulangi, sehingga ilmu yang telah dihapal tidak akan lupa lagi dan tidak akan hilang dari hati anda. Dan semua pelajaran yang telah anda terima dari guru hendaknya anda catat, agar anda dapat mengulanginya kembali sampai dapat anda pahami secara tuntas dan dapat mempelajarinya selama-lamanya.
Penuntut ilmu harus saling berdialog dan berdiskusi serta bertukar pikiran dengan teman-temannya. Tetapi dalam perdebatan diskusi sebaiknya saling menghormati pendapat orang lain, dengan ketenangan hati, ikhlas dan berpikiran jernih serta tidak emosional. Tindakan memutar balikkan jalan pikiran yang berliku-liku dan mengada-ada dalam bertukar pendapat dan berdiskusi dengan sabotase, jelas tidak akan mewujudkan kebenaran yang hak.
PASAL VII: Tawakal
Tawakkal maksudnya menyerahkan urusan kepada Allah SWT. Selanjutnya penuntut ilmu wajib bertawakkal dalam menuntut ilmu. Jangan merasa bingung atau susah dalam urusan rizki, hatinya juga jangan sampai dibuat memikirkan menghasilkan urusan rizki.
Penuntut ilmu harus mengurangi urusan keduniaan yang dapat merintangi tercapainya ilmu dengan sekuat kesanggupannya. Dikatakan dalam syair:
دعالمكارم لاترحل ليغيتها # واقعد فانّك انت الطاعم الكاسى
Artinya: Tinggalkanlah kemewahan, engkau jangan mencarinya : duduklah engkau, sebab engkau ada yang memberi makan dan pakaiaan.
Oleh karena itu para ulama sama memilih merantau menuntut ilmu. Penuntut ilmu juga harus berani menanggung kesulitan dan resiko selama perjalanan bekajar dalam perantauan menuntut ilmu.
PASAL VIII: Waktu Mendapatkan Ilmu
Pasal ini menjelaskan tentang waktu untuk mnghasilkan ilmu yaitu mulai buaian sampai masuk keliang kubur, maksudnya dari kecil sampai mati. Sebagaimana rosulullah bersabda;
أطلبوا العلم من المهد الى الحد
Artinya; “Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai tiang liat lahat”
Syekh Hasan bin Ziyad seorang mirit abu Hanifah mendalami dan menghasilkan ilmu fiqh ketika memasuki usia 80 tahun. Beliau tidak pernah tidur diatas seprai selama 40 tahun. Akhirnya beliau menjadi seorang mufti selama 40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa menuntut ilmu itu diwajibkan, sekalipun usianya sudah 80 tahun.
Adapun waktu yang utama untuk mendapatkan hasil ilmu adalah pada permulaan masa remaja, waktu sahur, dan waktu antara magrib dan isa’, tetapi waktu isa’ lebih di utamakan daripada magrib. Penuntut ilmu sebaiknya menghabiskan seluruh waktunya untuk mencari ilmu. Jika telah menyelesaikan penguasaan satu bidang ilmu dan merasa jenuh dengan suatu ilmu, maka beralihlah pada bidang ilmu yang lain. Sebab setip ilmu mengandung suatu kelezatan dan perlu merasakan kelezatan ilmu yang lain.
Syekh Muhammad bin Al Hasan tidak pernah tidur di waktu malam untuk memperdalam kitab-kitab dalam rangka memeperdalam ilmu. Jika beliau telah merasa jenuh dari satu macam kitab, lalu beralih pada kitab yang lain. Beliau juga menyiapkan air yang diletakkan di sampingnya untuk menghilangkan kantuk.
PASAL IX: Kasih sayang dan Nasehat
Sebaiknya penuntut ilmu itu supaya bersikap kasih sayang, saling memberi nasehat, dan berkehendak baik. Jangan sampai berbuat dengki dengan teman yang lain, sebab kedengkian itu berbahaya dan tidak bermanfaat.
Guru kami Syekh Burhanuddin berkata “para ulama’ mengatakan bahwasanya putera guru itu dapat menjadi alim karena guru itu mengharapkan agar para murid dan santri-santrinya menjadi ulama, terutama ahli al quran. Maka dengan sebab keberkahan, keyakinan, dan kasih sayangnya terhadap santri dan murid, putranya dapat alim.
Ahli ilmu sebaiknya jangan sampai mempertajam perselisihan dan pertentangan, apalagi sampai timbul permusuhan kepada siapa saja, sebab perselisihan dan pertentangan hanya dapat menyia-nyiakan waktunya. Saya pernah di bacakan syair imam Az-Zahid Kukhuddin muhammad bin Abu Bakar yang terkenal dengan sebutan Imam Sahawir Zadah sebagai mufti. Ia mengatakan bahwa syair ini pernah dibacakan kepadaku oleh Sultan Syari’ah Syekh Yusuf al Hamdani yang artinya sebagai berikut: “Jika engkau ingin berjumpa pada musuhmu hingga ia merasa hina dan engkau mematikannya karena susahnya serta membakarnya dengan kesempitan”.
Bersabarlah dalam menahan perasaan yang kurang baik dan menyakitkan terutama dari orang-orang bodoh. Nabi Isa bin Maryam bersabda;
احتملوا من اسّفيه واحدة
Artinya: Tahanlah kamu dari tindakan seorang bodoh agar kamu selamat dari tindakan sepuluh orang bodoh”.
Maksudnya, hendaklah kamu dapat menahan dari tindakan seorang bodoh yang menyakitkan agar kamu terlepas dan selamat dari tindakan sepuluh orang yang menyakitkanmu.
اذا سأفعل المرء سأت ظنونه # وصدّق ما يعتاده من توهّم
وعادى محبّيه بقول عداته # وأصبح في ليل من الشّكّ مضلم
Artinya; “Jika tindakan seorang itu buruk, maka buruk pulalah perasangkanya. Dan membenarkan apa yang disediakan dari perasaan hati. Dan menganggap musuh terhadap kekasih dengan ucapan sebagai musuhnya, jadilah jadi keraguaan kekasihnya bagaikan malam yang gelap”.
ذوالعقل لايسلم من جاهل # يسومه طلما واعناتا
فليحترالسّلم على حربه # وليلزم الآنصات إنصاتا
Artinya: “bagi orang yang berakal tidak selamat dari daya upaya orang bodoh yang bermaksud memusuhi, yang dasarnya menganiaya dan meributkan. Maka pilihlah wahai orang yang berakal akan perdamaian, tidak usah menyerang orang bodoh dan jika ia melontarkan suara maka diamlah tak usah kau tandingi.
PASAL X: Mencari Faedah
Sebaiknya penuntut ilmu agar senantiasa mencari faedah setiap waktu dan kesempatannya, sehingga dapat sukses memperoleh keutamaan dan kesempurnaan ilmu. Dan sebaiknya penuntut ilmu benar-benar memperhatikan para sesepuh dan menyempatkan mendatangi para ulam’ serta mencari faedah-faedah dari mereka. Dan semua yang telah hilang dan habis tentu tidak akan dapat di jumpai lagi. Sebagaimana telah di katakan oleh guru kami syaikhul islam pengarang kitab Al Hidayah dalam kitab masyikhah nya; “tidak sedikit para ulama besar dan sesepuh yang memiliki kedalaman, dan kebesaran ilmu serta keutamaan ilmu serta keutamaan yang pernah saya jumpai. Tetapi sayangnya saya belum sempat memperoleh ilmu dan faidah dari mereka. Namun mereka sudah wafat”. Karenanya maka tinggallah penyesalan dan kerugian saya yang perlu saya ungkapkan melalui sebait syair;
لهفا على فوت التلاق لهفا # ما كلّ مافات ويغنى يلغى
Artinya: “aduhai sangat meruginya aku, kini aku benar-benar merugi karena tak kuperoleh tinggalan ilmunya (dulu aku berjumpa tiada niat, kini mereka telah tiada) padahal apa yang sudah rusak atau hilang tak akan berjumpa lagi”.
Ilmu adalah merupakan kemuliaan dan tidak bercampur dengan kehinaan dan kerendahan. Maka ia tidak dapat diperoleh dengan kehinaan dan kerendahan.
PASAL XI: Sifat Wara di waktu Belajar
Sifat wara maksudnya memelihara dari sifat yang haram. Ada tiga bahaya yang akan menimpa orang yang tidak wirai di waktu belajar yaitu:
1. Allah mematikannya di masa mudanya, dan ini sebagai qadla mu’allaq
2. Diberi kedudukan di pelosok, yaitu di desa bersama orang-orang bodoh
3. Di uji mentalnya menjadi pegawai pemerintah, maka tersia-sialah ilmu yng telah dihasilkan
Seorang pakar fiqh yang sangat zuhud pernah berwasiat kepada penuntut ilmu: “Hendaklah engkau jahui perbuatan ghibah (menuturkan kejelekan orang lain) dan duduk-duduk bersama orang yang banyak ngobrol”. Al Faqih itupun berkata: “Bahwasanya orang yang banyak bicara dapat mencuri ilmumu dan menyia-nyiakan waktumu”.
Di antara sikap wira’i bagi penuntut ilmu hendaknya:
• Menjauhi orang-orang yang sembarangan perilakunya
• Biasa berbuat kerusakan
• Suka menganggur
• Membiasakan duduk menghadap kiblat
• Mengikuti sunnah Nabi SAW
• Memohon doa para Ulama
• Menjaga diri dari doa orang-orang yang teraniaya
PASAL XII: Penyebab Hafal dan Lupa
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan hafal adalah bersungguh-sungguh, kontinuitas, menyedikitkan makan, membiasakan sholat sunnah di tengah malam, dan membiasakan membaca al quran. Dalam suatu keterangan dikatakan: “Tidak ada suatu yang lebih menambah dalam hafalan seperti membaca al quran denagn melihat pada mushaf. Dan membaca al quran dengan melihat tulisannya adalah lebih utama. Berdasarkan sabda Nabi saw:
افضل اعمال امّتى قراءة القران نظرا
Artinya: Amal ibadah umatku yang paling utama adalah membaca al quran dengan melihat.
Selain empat faktor di atas masih terdapat yang lain yang banyak diantaranya yaitu membiasakan membaca basmalah, mamperbanyak membaca sholawat, membiasakan bersiwak, dan minum madu.
Adapun hal-hal yang membuat kita lupa antara lain yaitu:
• Berbuat maksiat
• Memperbanyak perbuatan dosa
• Rindu dan tergila-gila terhadap keduniaan
• Memperbanyak kesibukan kerja dan kerinduan hati
• Memakan tumbar basah
• Memakan buah-buahan yang kecut
• Melihat orang yang di salib
• Membaca tulisan pada patok kubur
• Membuang kutu kepala manusia hidup-hidup ditanah
PASAL XIII: Mendatangkan dan Menolak Rizki, serta Memperpanjang dan Memperpendek Umur
Penuntut ilmu pasti membutuhkan rizki untuk menguatkan fisiknya. Maka ia harus mengetahui faktor-faktor yang mendatangkan dan menolak rizki serta memanjangkan umur dan memperpendek umur. Rasulullah telah bersabda:
لايردّ القدرالاّ الدّعاء ولايزيد فى العمر الاّ البرّفانّ الرّجل ليحرم الرّزق باالذّ نب يصيبه
Artinya: Tiada perkara yang dapat menolak qadar kecuali doa, dan tidak dapat menambah umur kecuali berbuat kebajikan. Adapun seorang terhalang rizkinya adalah karena berbuat dosa.
Dari hadits Rasulullah tersebut dapat kita ketahui bahwa hal-hal yang dapat menolak rizki adalah:
• Biasa melakukan perbuatan dosa
• Biasa berdusta dan berbohong
• Biasa tidur di pagi hari
Dan yang termasuk perbuatan yang dapat menjadikan fakir kembali yaitu:
• Tidur telanjang lepas pakaian
• Kencing dengan telanjang bulat
• Makan dengan berbaring
• Mengabaikan remukan atau ceceran sisa hidangan makanan
• Menyapu rumah di malam hari
• Berjalan mendahului orang tua
• Memanggil orang tua dengan hanya namanya saja
• Keburu-buru keluar dari masjid setelah shalat subuh
• Mendoakan jelek pada anak
• Tidak mau mendoakan baik kepada orang tua
Dan masih banyak lagi yang lain. Semuanya itu dapat menyebabkan kefakiran. Dan hal-hal yang dapat mendatangkan atau keberkahan rizki adalah:
• Rajin bersedekah, Rasulullah saw bersabda:
استزلواالرّزق بالصدقة
Artinya: Hendaklah kamu semuanya mengharapkan turun rizki dengan bersedekah.
• Membiasakan bangun tidur pagi-pagi benar
• Memiliki bakat tulisan yang indah
• Bemuka manis
• Mengerjakan shalat dengan khusu’. Ibrahim An Nakhai berkata: “Jika kamu seorang yang meremehkan ruku’ dan sujud maka kasih sayangilah keluarganya dari sempitnya penghidupan”.
• Membiasakan shalat Dluha
• Membiasakan membaca surat Al Mulk, Al Muzammil, Al Insyirah, dan surat wallaili idza Yaghsya
• Membiasakan datang kemasjid sebelum adzan
• Menjauhi banyak duduk-duduk bersama para wanita kecuali ada hajat
• Meninggalkan omong kosong yang tidak bermanfaat. Syaidina Ali bin Tholib ra berkata:
اذاتمّ العقل نقصّ الكلام
Artinya: Jika akal itu sempurna, maka bekuranglah bicaranya.
Sedangkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan memperpanjang umur antara lain:
• Berbuat kebaikan
• Tidak mau menyakiti sesama muslim
• Membiasakan bersilaturrohmi. Diriwayatkan dari Nabi saw bahwasanya seorang hamba yang menghubungi keluarganya dan umurnya telah ditetapkan tiga hari, maka Allah menambah ajalnya sampai tiga puluh tahun. Dan sesungguhnya seorang yang memutus tali kekeluargaannya dimana ajalnya telah di tetapkan tiga puluh tahun maka Allah akan mengembalikan ajalnya sampai tiga hari.
• Menunaikan ibadah haji dan umrah secara bersamaan.
• Menjaga kesehatan, dengan maksud agar dirinya tidak tetimpa kerusakan dan terpelihara dari panas dan dingin

III. PENUTUP
Demukianlah tugas kami buat. Kami menyadari masih ada kekurangan dalam pengetikan tugas ini. Karena itu saran anda kami butuhkan untuk menambah atau dapat menggugah diri kami menuju lebih baik. Kami ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Ilmu Kebudayaan Jawa

INTERELASI NILAI JAWA DAN ISLAM
DALAM BIDANG EKONOMI

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Islam dan Kebudayaan Jawa
Dosen Pengampu: Bu Rohmah









Disusun Oleh:


Disusun oleh:
1. Ahmad Miftahul Huda (093111001)
2. Abdul kholik (093111002)
3. Abdul Rohman (093111003)
4. Abdurrohamn Sidiq (093111004)


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010



I. PENDAHULUAN

Sebagai agama dakwah, Islam tidak berhenti dan berada diluar realitas kehidupan manusia, tetapi masuk keseluruh segi dalam kehidupannya. Keberadaan Islam dalam kehidupan masyarakat muslim, baik individual atau sosial bersifat unik.
Hal ini karena Islam tidak berusaha membentuk budaya yang monolitik. Nyatanya bahwa masyarakat di suatu wilayah dengan yang lainnya tidak selalu memiliki kebudayaan yang seragam. Islam telah memberi peluang kepada para pemeluknya untuk memelihara dan mengembangkan kebudayaan masing-masing, sepanjang tidak menyalahi prinsip universalnya.
Sementara itu, persoalan ekonomi sebagai bagian dari bidang realitas kehidupan masyarakat jawa cukup menarik untuk diperbincangkan sehubungan dengan usaha sungguh-sungguh bangsa Indonesia untuk meningkatkan efisiensi nasional dalam rangka memperbaiki produk-produk Indonesia di pasar global yang semakin terliberalisasikan.

II. RUMUSAN MASALAH
A. Pengertian dan Prinsip Ekonomi
B. Tradisi Masyarakat Jawa yang berkaitan dengan Ekonomi
a. Slametan
b. Golek Pesugihan
C. Ajaran Keseimbangan Nilai Jawa dan Islam

III. PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Prinsip Ekonomi
Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani, aikonomia. Kata tersebut barasal dari dua kata oikos yang berarti rumah atau rumah tangga. Dan nomois yang berarti aturan. Dengan demikian kata ekonomi berarti aturan rumah tangga.
Secara sederhana kata ekonomi diartikan sebagai kegiatan manusia atau masyarakat untuk memepergunakan unsur-unsur produksi dengan sebaik-baiknya guna untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Oleh karena itu, proses ekonomi meliputi proses produksi barang dan jasa, penukarannya dan pembagiannya, antara golongan-golongan masyarakat dan pemakainya (konsumsi) dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam Alqur’an Allah memberi beberapa contoh mengenai ajaran-ajaran para rasul dimasa lalu dalam kaitannya dengan masalah-masalah ekonomi yang menekankan bahwa perilaku ekonomi merupakan salah satu bidang perhatian agama. Dalam Alqur’an terdapat dalam surat Ar-ruum ayat 39 :
       ••                
“Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).”
Dalam kegiatan ekonomi manusia mempunyai prinsip-prinsip yang bersifat universal, yang berarti prinsip ekonomi berlaku dimana-mana. Prinsip ekonomi harus diberlakukan kapan saja dan di manapun berada agar semua yang diberikan Tuhan (peparinge Pangeran) dapat disyukuri dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Prinsip ekonomi adalah usaha dengan pengorbanan sekecil-kecilnya untuk mendapatkan barang (benda dan jasa) sebanyak-banyaknya.
Prinsip ekonomi pada dasarnya adalah prinsip rasional yang diterapkan dalam aspek kehidupan ekonomi, dan terjelma dalam istilah efektif dan efesien. Efektif berarti input atau potensi apa saja yang ada dan dimiliki hendaknya dipergunakan untuk mencapai dan mendapatkan output berupa hasil, pendapatan, keuntungan, faedah dan lain-lainnya secara maksimal. Efisien berarti untuk mencapai output tersebut hendaknya digunakan faktor produksi, bahan, waktu, pengorbanan, atau input yang minimal. Dengan kata lain, efektif adalah memaksimalkan output sedangkan efisien adalah minimalisasi input.
Dalam masyarakat Jawa, Prinsip ekonomi dapat dijumpai dalam istilah-istilah atau konsep-konsep seperti cucuk, pakoleh, ngirit, ghutuk, lumayan dan lain sebagainya. Sementara itu istilah Jawa yang memiliki arti berlawanan dari istilah-istilah tersebut di atas antara lain boros, tanpa pethung, awur-awuran, ya ben, dipangan Bethara kala, dan lain sebagainya. Dengan mendalami secara sungguh-sungguh kebudayan Jawa, maka akan dirasakan bahwa prinsip-prinsip ekonomi masyarakat Jawa telah cukup tinggi nilainya, hal ini dapat kita jumpai dari sifat-sifat rasional dan prinsip ekonomi yang dapat ditemukan dalm kata kunci diantaranya ora ilok dan kuwalat.
Ora ilok adalah istilah yang berarti bertentangan dengan prinsip rasional, akal sehat, atau tidak logis. Meludahi sumur dan menduduki bantal misalnya adalah tindakan yang bertentangan dengan prinsip rasional. Hal ini karena air sumur disediakan untuk kebutuhan minum orang banyak sedangkan bantal adalah landasan kepala sewaktu tidur.
Kuwalat adalah kata kunci yang berarti bertentangan dengan moral dan nilai moral yang dijunjung tinggi dalam masyarakat. Tidak berani terhadap orang tua, melangkahi dan melompati kuburan orang tua dan tidak merawat benda pusaka akan dikatakan kuwalat oleh pendukung dan penganut budaya Jawa.
Dengan pemahaman mendalam terhadap kenyataan tersebut secara mendasar, kita bisa mengetahui bahwa masyarakat Jawa telah memiliki prinsip ekonomi atau prinsip rasional yang cukup tinggi dan telah menunjukkan salah satu prinsip ekonomi yang efisien.

B. Tradisi Masyarakat Jawa yang berkaitan dengan Ekonomi
a. Slametan
Di pusat system agama jawa, terdapat suatu ritus yang sederhana, formal, jauh dari keramaian dan apa adanya, itulah selametan. Masyarakat jawa, sebagai komunitas yang telah ter-Islamkan memang memeluk agama Islam. Namun dalam prakteknya, pola-pola keberagaman mereka tidak jauh dari pengaruh unsur keyakinan dan kepercayaan pra-Islam, yakni animisme-dinamisme dan Hindu Budha.
Salah satu adat istiadat, sebagai ritual keagamaan yang paling populer di masyarakat jawa adalah selametan, yaitu ritual yang telah mentradisi dikalangan masyarakat jawa yang dilaksanakan untuk peristiwa penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa penting tersebut seperti kelahiran, kematian, pernikahan, pembangunan rumah, permulaan bajak sawah, atau panen, sunatan, perayaan hari besar, dan masih banyak lagi peristiwa-peristiwa yang dihiasi dengan tradisi slametan.
Slametan diyakini sebagai sarana spiritual yang mampu mengatasi segala kritis yang melanda serta bisa mendatangkan berkah bagi mereka. Adapun objek yang dijadikan sarana pemujaan dakam slametan adalah ruh leluhur yaitu para nenek moyang.
Secara umum, tujuan slametan adalah untuk menciptakan keadaan sejahtera aman dan bebas dari gangguan makhluk yang nyata ( suatu keadaan yang disebut slamet ). Walaupun kata slamet dapat digunakan untuk orang yang sudah meninggal ( dalam pengertian dislametkan ), ada yang mengatakan bahwa kata slamet tidak layak upacara dalam pemakaman dan menggunakannya berarti keliru. Alasan utama penyelenggaraan slametan meliputi perayaan siklus hidup, menempati rumah baru, dan panen dalam rangka memulihkan harmoni setelah perselisihan suami istri atau dengan tetangga untuk menangkal akibat mimpi buruk, dan paling umum yaitu memenuhi nadzar atau janji, misalnya bernadzar akan menyelenggarakan slametan kalau anaknya sembuh dari sakit, tetapi tidak ada alasan lebih kuat dari pada keinginan mencapai keadaan yang aman dan sejahtera.
Slametan yang dilakukan sebelum usaha mulai merupakan ajaran perencanaan agar semua input dan unsur-unsur menejemen dipertimbangkan. Sedangkan slametan yang dilakukan setelah atau akhir melakukan usaha ekonomi mengajarkan tentang iman kepada tuhan (terutama dengan ucapan syukur kepada tuhan atas segala karunia dan rizqi yang telah dilimpahkannya) dan juga merupakan ajaran perencanaan untuk perawatan dan penggunaan.
Nilai-nilai jawa kiranya bertemu dalam media slametan yang memuat nilai-nilai ketentuan. Kenyataan bahwa upacara slametan telah disentuh dengan ajaran islam, seperti masuknya unsur dzikir, penentuan waktu yang didasarkan pada hari-hari besar islam yang menyebabkan efek slametan dapat menimbulkan getaran emosi keagamaan. Maka pertemuan antar budaya jawa dan islam melalui slametan menggariskan prinsip ekonomi pula.
b. Golek Pesugihan
Rumus neng-ning-nung-nang mempunyai hubungan yang signifikan dengan masyarakat Jawa antara lain dengan adanya tradisi golek pesugihan. Kita dapat menjumpai tempat-tempat yang dikeramatkan dan dianggap bermanfaat untuk mencari ketenangan dalam rangka mencapai inspirasi, intuisi, dan aspirasi untuk memulai suatu pekerjaan. Tempat-tempat yang dimaksud antara lain seperti gunung Srandil di Cilacap, Kemukus di Sragen, Kawi di Malang dan Parang Tritis di Bantul.
Makna pentignya bukan pada tempat itu sendiri tapi dari segi ekonomi tempat itu memberikan inspirasi, intuisi, dan aspirasi untuk suatu usaha dan memberikan daya dorong yang kuat untuk belajar dan bekerja dengan sungguh-sungguh sehingga seorang sukses dalam melakukan usahanya.
Di samping tempat-tempat golek pesugihan tersebut dalam masyarakat Jawa juga sering kita temui istilah golek pesugihan bulus jinbun yang memberi petunjuk bahwa dalam usaha akan berhasil bila dilakukan secara putih ( tidak melakukan penipuan ) dan jujur. Juga kita dapat temukan istilah golek pesugiha Jaran pinoleh yang memuat nilai-nilai positif yaitu menunjukkan bahwa seseorang yang ingin melakukan usaha ekonomi harus melihat ke kanan dan ke kiri untuk mencari sebab mengapa seseorang dalam usahanya bisa berkembang dan yang lain usahanya gagal.
Dalam kaitannya dengan bidang ekonomi, Meditasi dan Semedi di tempat-tempat golek pesugihan dapat memberikan inspirasi pelakunya untuk melakukan usaha-usaha tertentu dan membangkitkan kesiapan mental untuk menghadapi berbagai kemungkinan dan kendala. Disamping itu juga seseorang yang akan melakukan usaha ekonomi semakin tersadarkan bahwa pekerjaan-pekerjaan ekonomi yang dipilihnya menuntut tanggung jawab penuh.
Meditasi dan Semedi yang berhubungan langsung dengan perilaku orang Jawa sebenarnya adalah bagian penting dari upaya menyatukan diri dengan Tuhan. Sebagaimana tradisi kaum sufi yang biasanya juga melakukan tradisi penyatuan diri manusia dengan Tuhan yang memungkinkan manusia dapat memperoleh pengetahuan hakikat yang mengatasi pengetahuan empiris. Dengan demikian ada titik singgung dan titik temu antara meditasi dan semedi dengan tradisi para Sufi.

C. Ajaran Keseimbangan Nilai Jawa dan Islam
Ajaran keseimbangan yang diajarkan oleh Islam terlihat pada doktrin bahwa kekayaan mempunyai fungsi sosial. Diantara dalil-dalil yang menunjukkan fungsi sosial tersebut adalah seperti dalam Al Quran Surat al-A’raaf ayat 31.
                
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
Surat Az-Zukhruf ayat 32.
        •                    
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? kami Telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami Telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".
Surat Adz-Zariyaat ayat 19.
     
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. (Orang miskin yang tidak mendapat bagian Maksudnya ialah orang miskin yang tidak meminta-minta)”.
Di samping itu al-Qur’an juga dengan tegas melarang penumpukan harta benda dalam arti penimbunan ( QS.104 : 2 ). melarang orang mencari kekayaan dengan jalan yang tidak benar ( QS. 2 : 188 ). Menganjurkan agar penghasilan yang diperoleh dari hasil usaha dibelanjakan secara baik ( QS. 2 : 267 ) dan dalil-dalil yang lain.
Dalam berbagai dalil di atas terasa bahwa kepemilikan harta bukanlah yang utama tetapi dorongan untuk mengendalikan diri dan tidak mengumbar pemenuhan kebutuhan secara individual semata adalah sangat utama. Dalam hal ini tersirat ajaran bahwa Islam mengajarkan dan menggariskan prinsip-prinsip pemenuhan kebutuhan “sekedar kebutuhan” sambil tetap menjaga keseimbangan dengan yang lain. Tidak hanya dalam bidang konsumsi saja tetapi juga pemenuhan unsur produksi. Dalam Islam ada larangan eksploitasi kekayaan alam yang dapat mengganggu harmonisasi kebutuhan generasi sekarang dan yang akan datang. Menurut ajaran Islam pengendalian dalam hal produksi dan konsumsi bertujuan agar supaya aspek sosial dari kekayaan yang dimiliki dapat benar-benar fungsional.
Persoalan pengendalian diri merupakan persoalan yang sama-sama mendapatkan perhatian dalam masyarakat yang mendukung budaya Jawa dan ajaran Islam, dalam masyarakat Jawa sering digunakan istilah Bethara Kala yang merupakan tokoh dalam tradisi Jawa dan berfungsi sebagai simbolisasi waktu. Bethara Kala ini ketika dapat ditundukkan sebenarnya dapat berarti bahwa sang waktu telah dapat dikuasai. Sebaliknya apabila waktu tidak dapat dikuasai dalam arti tidak menghargai waktu dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya maka hal ini disimbolkan dengan di makan Bethara Kala. Siapa saja yang ternyata di makan Bethara Kala berarti telah mengabaikan unsure-unsur input dalam proses produksi.
Tokoh Bethara Kala jelas mengajarkan kemampuan mengendalikan diri untuk meminimalkan input dan memaksimalkan output, termasuk berkaitan dengan penggunaan waktu, kesempatan, dan peluang yang ada. Prinsip-prinsip ekonomi yang universal menemukan ungkapannya secara simbolik dalam kebudayaan Jawa. Penjiwaan terhadap prinsip ekonomi dalam masyarakat Jawa terjadi secara meresap sambil menghargai dan menjunjung tinggi kebudayaan Jawa. Semakin tinggi tingkat penghayatan pendukung kebudayaan Jawa semakin tinggi pula penjiwaannya terhadap prinsip ekonomi.

IV. KESIMPULAN
Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani Aikonomia, kata tersebut terdiri dari dua kata Oikos yang berarti rumah atau rumah tangga dan Nomois yang berarti aturan. Dengan demikian ekonomi berarti aturan rumah tangga.
Ekonomi pada umumnya di definisikan sebagaimana kajian tentang perilaku manusia dalam hubungannnya dengan pemanfaatan sumber-sumber produktif yang langka untuk memproduksi barang dan jasa serta mendistribusikannya untuk dikonsumsi.
Diantara tradisi masyarakat jawa yang berkaitan dengan masalah ekonomi:
 Slametan : ritual komunal yang telah mentradisi dikalangan masyarkat jawa yang dilaksanakan untuk peristiwa penting dalam kehidupan seseorang.
 Golek pesugihan : bersemedi di tempat-tempat yang dikeramatkan dan dianggap bermanfaat untuk mencari ketenangan dalm rangka mencapai inspirasi, intuisi dan aspirasi untuk memulai suatu pekerjaan.
V. PENUTUP
Demikian pembuatan makalah ini, semoga ada pelajaran yang bermanfaat untuk kami khususnya dan untuk kita semua. Kami menyadari bahwa masih banyak kekeliruan dalam penulisan makalah ini, untuk itu kami harapkan kritik dan saran teman-teman.
DAFTAR PUSTAKA
Ciptoprawito, Abdullah. 1986, Filsafat Jawa, Balai Pustaka, Jakarta.
Darori,Amin, H.M. 2000, Islam dan Budaya Jawa, Gama Media,Yogyakarta, Cet I.
Junus, Mahmud. Prof.H. 1997, Tarjamah Al-Qur’an Al-Karim, PT.Al-Ma’arif,Bandung.
Kaft, Monzer, 1995. Ekonomi islam, Yogyakarta : Pustaka pelajar.
Kamajaya,Harkono, 1995, Kebudayaan jawa perpaduan Islam, Yogyakarta: Ikatan penerbit Indonesia.
Khalil, Ahmad, 2008, Islam jawa, Yogyakarta : Sukses.
Prawiranegara, Sjafruddin. 1967, Sistem Ekonomi Islam, Jakarta.
Suroso, Bc.Hk.dkk. 1994, IPS Ekonomi, CV. Tiga Serangkai,Surakarta, Cet VI.